ABATANEWS, JAKARTA — Indonesia tengah menghadapi tantangan berlapis dalam penanggulangan bencana alam. Dalam beberapa hari terakhir, sederet wilayah di Tanah Air dilanda bencana hidrometeorologi basah, angin kencang, hingga dampak sedimentasi laut yang mengganggu akses vital masyarakat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebut terdapat 18 laporan bencana banjir, dengan sembilan kejadian dinilai signifikan dan menjadi perhatian khusus.
“Bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi kejadian bencana yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia,” ungkap Abdul dalam keterangan tertulis, Minggu (13/4/2025).
Baca Juga : APBN Alami Defisit Rp 31,2 triliun Hingga Akhir Februari 2025
Salah satu banjir terbaru tercatat di Jakarta Timur pada 12 April dini hari, berdampak pada 44 KK atau 125 jiwa. Meski air telah surut di hari yang sama, potensi bencana serupa tetap mengintai, seiring hujan intens yang terus terjadi di sejumlah daerah.
Situasi lebih parah terjadi di Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Banjir akibat meluapnya Sungai Desa Harapan merendam tiga kecamatan, menimpa lebih dari 1.200 jiwa dan memutuskan akses jembatan. Kondisi serupa juga tercatat di Kalimantan Selatan, tepatnya di Kabupaten Banjar, dengan lebih dari 5.000 KK terdampak dan pemantauan muka air dilakukan melalui sistem peringatan dini (EWS).
Di luar banjir, bencana angin kencang juga merusak puluhan rumah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 12 April. Sebanyak 140 jiwa terdampak dan akses jalan turut terhambat.
Baca Juga : Istri dan Anaknya Tewas Berpelukan Akibat Banjir, Sikap Pria Ini Bikin Warga Geram
“Situasi sudah kondusif dan perbaikan mandiri dilakukan warga,” lanjut Abdul.
Dampak signifikan lainnya terlihat di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dan Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, dengan ribuan rumah terendam dan puluhan jiwa harus mengungsi. Meski sebagian air mulai surut, genangan masih bertahan di sejumlah titik.
Tak hanya daratan, wilayah pesisir pun tak luput. Di Kabupaten Bengkulu Utara, sedimentasi laut menyebabkan kedangkalan alur pelayaran hingga hanya 0,9 meter, yang berujung pada terisolasinya masyarakat di Pulau Enggano.
Baca Juga : Presiden Prabowo Berbuka Puasa Bersama Korban Banjir di Babelan Bekasi
Di tengah kondisi cuaca ekstrem yang terus terjadi, pemerintah daerah bersama BNPB terus bergerak cepat melakukan penanganan darurat, normalisasi sungai, serta distribusi bantuan. Namun, kompleksitas bencana yang bersifat simultan menuntut kewaspadaan dan kesiapsiagaan jangka panjang.