Senin, 14 April 2025 12:25

BMKG: Musim Kemarau Sudah Dimulai, Puncaknya Juni-Agustus 2025

Ilustrasi cuaca panas ekstrem. (Foto: Nation Thailand)
Ilustrasi cuaca panas ekstrem. (Foto: Nation Thailand)

ABATANEWS, JAKARTA — Memasuki pertengahan 2025, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar yang berpotensi berdampak luas terhadap sektor pertanian, energi, hingga kesehatan masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bahwa puncak musim kemarau tahun ini diperkirakan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan awal kemarau yang sudah mulai terasa sejak April di beberapa wilayah.

“Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2025,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam pernyataannya pada 13 Maret 2025, dikutip dari laman resmi BMKG.

Pola musim kemarau tahun ini terbilang unik karena berlangsung dalam kondisi iklim netral, berbeda dari tahun 2023 yang dipengaruhi El Nino kuat. Meski demikian, suhu muka laut yang lebih hangat dari normal memicu potensi gangguan cuaca lokal yang bisa berdampak signifikan pada produksi pertanian, ketersediaan air bersih, dan meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca Juga : Prediksi Cuaca Selasa 8 April 2025 di Sulsel: Hari Pertama Kerja ASN Diiringi Hujan

BMKG mencatat bahwa musim kemarau akan menyebar secara bertahap dari 115 zona musim (ZOM) yang memasuki masa kering pada April, kemudian meluas ke wilayah seperti Jawa, Bali, Kalimantan, dan Papua sepanjang Mei hingga Juni. Sifat sebaran musim kemarau yang tidak serempak ini menuntut kesiapsiagaan daerah untuk merespons kondisi yang dinamis.

“Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” tambah Dwikorita.

Analisis BMKG terhadap lebih dari 500 zona musim di Indonesia mengungkapkan bahwa sekitar 30% wilayah akan mengalami musim kemarau sesuai waktu normal, 29% mundur, dan 22% lebih awal dibandingkan rata-rata klimatologi 1991–2020. Ini menandakan pentingnya pemetaan risiko di tiap daerah agar mitigasi dapat dilakukan lebih tepat sasaran.

Baca Juga : BMKG Perkuat Pemantauan Usai Gempa Magnitudo 4,0 di Luwu Timur

Beberapa wilayah seperti Kalimantan Selatan, Bali, NTB, dan NTT diperkirakan mengalami kemarau yang datang terlambat, sementara sebagian Aceh, Lampung, dan Papua bagian tengah justru akan lebih dulu memasuki masa kering. Sektor pertanian di wilayah-wilayah ini harus bersiap terhadap potensi gagal panen, sementara ketersediaan air perlu dijaga untuk mendukung produksi dan kebutuhan domestik.

BMKG pun memperingatkan meningkatnya potensi karhutla di Sumatera dan Kalimantan, menekankan pentingnya langkah-langkah pencegahan sejak dini, serta koordinasi antarsektor. “Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka Awal Musim Kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 ZOM (30%), MUNDUR pada 204 ZOM (29%), dan MAJU pada 104 ZOM (22%),” kata Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Dengan suhu panas dan kekeringan yang diprediksi berlangsung selama beberapa bulan ke depan, BMKG mengimbau agar setiap sektor, baik pemerintah maupun swasta, memperkuat sinergi dalam mengelola sumber daya air, memitigasi risiko kebakaran, serta menjaga ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.

Penulis : Azwar
Komentar