ABATANEWS, JAKARTA —– Kondisi dunia di tahun 2025 masih diwarnai ketidakpastian akibat konflik geopolitik, termasuk perang dagang AS-Tiongkok yang kembali memanas serta ketegangan di berbagai kawasan. Meskipun demikian, peluang investasi tetap terbuka lebar bagi investor yang cerdas dan berhati-hati.
Dengan mengacu pada sumber-sumber terpercaya seperti Bloomberg Technoz, Bank Sinarmas, dan laporan resmi pemerintah Indonesia, berikut adalah panduan tips investasi yang tepat untuk menghadapi tahun 2025 dengan kondisi global yang penuh tantangan.
1. Prioritaskan Aset Safe Haven
Konflik global sering memicu volatilitas pasar, mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas dan obligasi pemerintah. Menurut Bloomberg Technoz, emas tetap menjadi pilihan konservatif yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, dengan nilai yang cenderung meningkat dalam jangka panjang.
Emas dapat diakses melalui pembelian fisik atau platform digital seperti Treasury, yang memungkinkan investasi mulai dari Rp5.000.
Obligasi Ritel Indonesia (ORI), yang diterbitkan pemerintah, juga direkomendasikan karena risikonya rendah dan menawarkan bunga tetap.
Adira Finance menyoroti ORI sebagai instrumen aman dengan jaminan pemerintah, cocok untuk investor yang mengutamakan stabilitas. Tips: Alokasikan 20-30% portofolio Anda ke emas dan obligasi untuk menjaga nilai aset di tengah gejolak pasar.
2. Diversifikasi Portofolio dengan Reksa Dana
Reksa dana menjadi pilihan ideal bagi pemula di tengah kondisi global yang tidak menentu. Bank Sinarmas menekankan bahwa reksa dana, terutama reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap, menawarkan risiko rendah hingga menengah dengan pengelolaan oleh manajer investasi profesional.
Reksa dana pasar uang berinvestasi pada instrumen seperti deposito dan obligasi jangka pendek, memberikan likuiditas tinggi dan fluktuasi rendah.
Menurut Ternakdana, diversifikasi melalui reksa dana memungkinkan investor menyebar risiko ke berbagai instrumen, mengurangi dampak volatilitas pasar. Tips: Mulai dengan modal kecil (Rp10.000) melalui platform terpercaya yang diawasi OJK, seperti Ajaib atau Bibit, dan pilih reksa dana sesuai profil risiko Anda.
3. Fokus pada Saham Sektor Defensif dan ESG
Investasi saham tetap menarik, tetapi di tengah ketidakpastian global, fokuskan pada saham blue chip dan sektor defensif seperti telekomunikasi, konsumer, dan energi terbarukan. Laporan Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII menyebutkan bahwa perusahaan telekomunikasi seperti Telkomsel dan konsumer seperti Indofood menunjukkan ketahanan selama krisis.
Bloomberg Technoz juga mencatat saham sektor teknologi dan energi terbarukan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan, didorong oleh transformasi global menuju keberlanjutan.
Mandiri Investasi menyarankan saham berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk mendukung keberlanjutan sekaligus mendapatkan imbal hasil optimal. Tips: Lakukan analisis fundamental untuk memilih saham dengan kinerja keuangan kuat dan diversifikasi ke sektor-sektor berbeda untuk mengurangi risiko.
4. Manfaatkan Peluang di Sektor Teknologi dan AI
Meskipun dunia dilanda konflik, investasi di sektor teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), menunjukkan potensi besar. KORIKA melaporkan bahwa Indonesia diperkirakan meraup nilai ekonomi digital hingga USD109 miliar pada 2025, didorong oleh adopsi AI di berbagai sektor.
Perang dagang AS-Tiongkok juga membuka peluang relokasi investasi teknologi ke Indonesia, dengan insentif fiskal seperti pembebasan pajak hingga 20 tahun.
Tips: Pertimbangkan reksa dana atau ETF berbasis teknologi global, atau saham perusahaan lokal yang bergerak di sektor digital seperti GoTo atau Bukalapak, dengan memahami risiko volatilitas yang tinggi.
5. Hati-Hati dengan Investasi Berisiko Tinggi: Forex dan Kripto
Trading forex dan aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum menawarkan potensi keuntungan besar, tetapi risikonya sangat tinggi, terutama di tengah gejolak geopolitik. Bloomberg Technoz mencatat antusiasme generasi muda terhadap forex, didukung platform trading yang user-friendly, namun menekankan pentingnya analisis teknikal dan manajemen risiko.
Reku menyarankan hanya menggunakan dana yang siap hilang untuk kripto dan memilih platform terpercaya yang terdaftar resmi.
Sebuah unggahan di X menyebutkan bahwa gejolak geopolitik sering memicu penjualan aset berisiko seperti kripto, mendorong investor ke aset aman. Tips: Jika ingin mencoba, alokasikan maksimal 5-10% portofolio dan pelajari dasar-dasar analisis pasar terlebih dahulu.
6. Perkuat Edukasi Keuangan dan Gunakan Platform Terpercaya
Bank Sinarmas menegaskan bahwa edukasi keuangan adalah kunci sukses investasi, terutama bagi pemula. Mengikuti webinar, membaca buku keuangan, atau memanfaatkan fitur edukasi di aplikasi investasi dapat meningkatkan pemahaman pasar.
Tuwaga merekomendasikan platform seperti Ajaib, Fidelity, atau Bibit yang terdaftar di OJK, dengan fitur seperti analisis saham gratis dan notifikasi transaksi.
Tips: Pastikan platform memiliki izin OJK, pantau portofolio secara berkala, dan konsultasikan dengan ahli keuangan untuk keputusan besar.
7. Siapkan Dana Darurat dan Kelola Risiko
Accurate menyarankan memiliki dana darurat setara 6-12 bulan pengeluaran sebelum berinvestasi, sebagai jaring pengaman di tengah ketidakpastian global. Ternakdana juga menekankan pentingnya memahami profil risiko (konservatif, moderat, atau agresif) untuk memilih instrumen yang sesuai.
Tips: Tetapkan tujuan finansial jangka pendek dan panjang, evaluasi portofolio setiap 3-6 bulan, dan hindari menginvestasikan seluruh modal pada satu instrumen.
Di tengah kondisi dunia yang penuh tantangan pada 2025, investasi tetap menjadi langkah cerdas untuk menjaga dan mengembangkan aset. Dengan memprioritaskan aset safe haven, mendiversifikasi portofolio, dan memperkuat edukasi keuangan, investor dapat menghadapi ketidakpastian global dengan lebih percaya diri. Pastikan untuk selalu menggunakan platform terpercaya dan mengacu pada sumber informasi kredibel seperti laporan pemerintah, Bloomberg Technoz, atau platform keuangan ternama.