ABATANEWS — Fakta baru terkait asal mula Covid-19 kembali tersingkap. Sebelum adanya laporan perdana Covid-19 dari Wuhan ke publik, permintaan tes PCR di China sudah naik tercatat tujuh bulan sebelum kasus meledak.
Hal itu memberikan bukti baru bahwa penyakit itu beredar selama berbulan-bulan sebelum China melaporkannya ke dunia.
Baca Juga : Ahmad Dhani Tuai Hujatan Usai Sebut K-Pop Seperti Wabah Covid-19
Dilansir DailyMail, Institut Virologi Wuhan, Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, dan CDC Hubei termasuk di antara institusi yang jumlah pesanan alat uji PCR luar biasa besar mulai Mei 2019, menurut penelitian baru.
Partai Komunis China dituding menutupi penyebaran awal Covid-19 sehingga virus menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pandemi.
Aparat China diketahui telah menangkap dan membungkam para ilmuwan yang pertama kali melaporkan virus tersebut. Sementara jejak Covid telah ditemukan dalam sampel darah warga Eropa yang diambil sebelum penyakit itu pertama kali dilaporkan ke WHO pada Desember 2019.
Baca Juga : Pemerintah Indonesia Resmi Cabut Status Pandemi COVID-19
Sementara itu, China menyimpan bukti dari penyelidikan WHO tentang asal-usul virus, mendorong badan kesehatan dunia untuk menyerukan penyelidikan baru dengan akses ke data mentah setelah laporan awalnya disebut dipolitisasi.
Sekarang, para penyelidik dari Internet 2.0 – sebuah organisasi penelitian AS-Australia – telah menemukan bukti baru dengan melihat data pesanan alat tes PCR di China dalam beberapa bulan menjelang kasus Covid pertama yang dilaporkan.
Mereka menemukan bahwa pengeluaran untuk alat dan mesin tes PCR di provinsi Hubei berlipat ganda dari 36,7 juta yuan (US$ 5,7 juta) pada 2018 menjadi 67,4 juta yuan (US$ 10,5 juta) pada 2019.
Baca Juga : Aturan Baru Soal Covid-19: Tak Ada Lagi Kewajiban Kenakan Masker
Jumlah kontrak yang diterbitkan untuk kit dan mesin PCR juga meningkat secara signifikan, dari 89 yang diterbitkan pada 2018 menjadi 135 yang diterbitkan pada 2019.
Para peneliti menemukan pembeli terbesar adalah Universitas Sains dan Teknologi Wuhan, CDC Wuhan, CDC Hubei, dan Institut Peternakan dan Kedokteran Hewan, yang berbasis di Akademi Ilmu Pertanian Hubei China.
Baca Juga : Sempat Ditunda Karena Covid-19, Lutra Siap Ikut PENAS XVI di Padang
Data menunjukkan bahwa pembelian mulai meningkat pada bulan Mei dengan jumlah yang lebih besar dari perkiraan yang dihabiskan untuk sekadar alat uji coba.
Puncak pembelian pada bulan Juli dengan jumlah kontrak yang jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Laporan itu menyimpulkan bahwa berdasarkan data yang dianalisis itu menunjukkan bahwa virus itu sangat mungkin menyebar dengan ganas di Wuhan pada awal musim panas 2019 dan pasti pada awal musim gugur.
Baca Juga : Presiden Jokowi Akan Susul WHO Cabut Status Darurat COVID-19
Namun, peneliti lain meragukan temuan tersebut – mengatakan tidak mungkin untuk menyimpulkan alasan tes PCR dibeli dari sekedar data penjualan saja.
Mereka juga menunjukkan bahwa pembelian tes PCR oleh rumah sakit di Wuhan, tempat yang paling mungkin membutuhkan tes jika terjadi wabah pada populasi sipil, sebenarnya turun pada 2019 dibandingkan dengan 2018.
Akira Igata, seorang profesor tamu di Tama Graduate School of Business di Tokyo, mengatakan kepada Jepang Nikkei, kami tidak dapat menyimpulkan dengan pasti mengapa lebih banyak PCR dibeli
Baca Juga : Hari Raya Idulfitri, Bupati Maros: Momentum Terbaik dalam 2 Tahun Terakhir
“Tetapi, laporan itu adalah informasi kuat bahwa ada kesadaran akan wabah virus di sekitar Wuhan beberapa bulan hingga setengah tahun sebelum Desember 2019,” katanya.
“Laporan ini bisa memberikan kesempatan bagi negara-negara lain untuk menekan China membuka informasi lebih luas,” tambahnya.
Tes PCR pertama kali dikembangkan pada tahun 1983 sebagai alat penelitian, memungkinkan para ilmuwan untuk menyalin dan menempelkan bagian DNA yang tepat dari sampel kecil – mereplikasinya miliaran kali sehingga lebih mudah untuk dipelajari.
Baca Juga : Ini Arahan Presiden Jokowi Terkait Kasus Covid-19 yang Kembali Tinggi Jelang Lebaran 2023
Tetapi sejak itu telah diadaptasi untuk berbagai kegunaan lain termasuk analisis forensik dan pengujian untuk kelainan genetik.