Jumat, 17 Maret 2023 09:12

Muammar Muhammad Bakry Dikukuhkan Sebagai Profesor Bidang Hukum Islam Kontemporer

Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis mengukuhkan Prof Dr H Muammar Muhammad Bakry sebagai Guru Besar Hukum Islam Kontemporer melalui Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Auditorium, Kampus II UIN, Romang Polong Kabupaten Gowa, Kamis (16/3/2023).
Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis mengukuhkan Prof Dr H Muammar Muhammad Bakry sebagai Guru Besar Hukum Islam Kontemporer melalui Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Auditorium, Kampus II UIN, Romang Polong Kabupaten Gowa, Kamis (16/3/2023).

ABATANEWS, MAKASSAR – Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis mengukuhkan Prof Dr H Muammar Muhammad Bakry sebagai Guru Besar Hukum Islam Kontemporer.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum itu dikukuhkan melalui Sidang Senat Terbuka Luar Biasa di Gedung Auditorium, Kampus II UIN, Romang Polong Kabupaten Gowa, Kamis (16/3/2023).

Dalam pengukuhan itu, Sekretaris MUI Sulawesi Selatan ini menyampaikan pidato bertajuk Argumentasi Fikih Ekstrimisme Berbasis Furifikasi Agama: Menakar Dosis Imun Washatiyah dalam Menangkal Virus Tatharuf Diniy.

Baca Juga : Perkuat Penyelenggaraan Statistik Sektoral, Pemkot Makassar Gandeng Institusi Pendidikan

Dijelaskan Prof Dr Muammar Muhammad Bakry, fenomena ekstrimisme yang berkembang dimasyarakat saat ini didasari semangat keagamaan tinggi namun tidak dibarengi pengetahuan yang mapan.

“Semangat beragama tidak berbanding lurus dengan pengetahuan beragama yang mapan. Akibatnya selalu merasa benar atas segala perbuatan yang dilakukan daripada orang lain,” ujarnya.

Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme Sulawesi Selatan itu menegaskan, ekstrimisme telah menjadi virus yang menggerogoti bangunan dan tubuh Islam yang dikenal Washatiyah.

Baca Juga : Wali Kota Makassar dan Rektor UIN Jajaki Kerja Sama Tri Dharma Perguruan Tinggi

Menurutnya, Moderasi Beragama atau Washatiyah Islamiyyah telah dibangun sejak era kenabian yang sesungguhnya membela Islam sebagai agama rahmat, agama kemanusiaan dan agama yang menjunjung tinggi peradaban.

Pria kelahiran Ujung Pandang 22 Nopember 1973 itu menegaskan lagi, agar tidak berujung ekterimisme beragama perlu sikap demazhabisasi, dengan slogan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

“Agar tidak terjadi ekstrimisme maka rujukan Islam adalah Al Qur’an dan Hadits tentunya dalam pengamalannya dibarengi sanad keilmuan yang jelas dari akademisi dan orang orang yang berkompeten di bidangnya,” paparnya.

Baca Juga : Mahasiswa Lintas Lembaga UIN Makassar Gelar FGD Pemilu 2024, Bahas Isu HAM Hingga Money Politik

Selain itu, dalam melakukan pencegahan paham ekstrim dirinya menguatkan perlunya komposisi racikan dalam menangkal virus radikalisme dengan membetuk laboratorium Washatiyah.

“Kemenag telah meluncurkan Rumah Moderasi sehingga saya mengusulkan didalamnya harus ada klinik Washatiyah yang dilengkapi Laboratorium Washatiyah untuk meracik vaksin Moderasi Beragama,” pungkasnya.

Sebagai informasi, pengukuhan tersebut dihadiri, Kepala BIN Sulsel, Kepala BNPT Deputi I, Ketua MUI Sulsel, Kepala Dinas Pendidikan Makassar, Bupati Gowa, Rektor UIN Alauddin dan Jajarannya, serta beberapa Rektor UMi, Rektor Unibos dan beberapa pejabat lainnya.

Penulis : Azwar
Komentar