Selasa, 17 Mei 2022 16:20

KBRI Tokyo Kenalkan Konsep Kampus Merdeka di Jepang

KBRI Tokyo kenalkan konsep Kampus Merdeka dan Promosi Budaya di Keio University, Jepang, Selasa (17/5/2022). (foto: Kemendikbudristek)
KBRI Tokyo kenalkan konsep Kampus Merdeka dan Promosi Budaya di Keio University, Jepang, Selasa (17/5/2022). (foto: Kemendikbudristek)

ABATANEWS – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, Jepang, kembali memulai safari diplomasi pendidikan dan kebudayaan ke berbagai perguruan tinggi di Jepang melalui program Ambassador Goes To Campus (AGTC).

Salah satunya ke Keio University, perguruan tinggi yang masuk daftar Top 300 QS 2022 Ranking dan berminat menjadi mitra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).

Sebagai delegasi pertama pada program AGTC di Keio University, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno bersama Sekretaris II Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud), Jurman Saputra Nazar memperkenalkan konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Baca Juga : Hari Guru Nasional, Nadiem Minta Para Guru Lanjutkan Gerakan Merdeka Belajar

Selain itu, ia juga memperkenalkan Program IISMA kepada Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Internasional dan Informasi Teknologi, Motohiro Tsuchiya dan Kepala Kantor Kerja Sama Internasional, Tomo Sato.

“Kami harap dengan kunjungan ini akan lebih banyak perguruan tinggi di Negeri Sakura yang masuk menjadi mitra Kemendikbudristek. Kita ketahui, Jepang sangat maju dalam pengembangan keilmuan di perguruan tinggi,” terang Yusli saat dalam pernyataan tertulisnya yang diterima di Makassar, Selasa (17/5/2022).

Program ini dijalankan agar lebih banyak mahasiswa S1 Indonesia yang belajar di Jepang untuk meningkatkan kompetensi baik soft skills, maupun hard skills.

Baca Juga : Buku “Bangkit Lebih Kuat”, Sebuah Catatan Upaya Pemulihan Pembelajaran di Indonesia

Sehingga dapat menjadi lulusan yang siap menjadi pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian.

Motohiro Tsuchiya pun sangat mengagumi konsep MBKM dan Keio University sangat berminat untuk mendaftar menjadi mitra Kemendikbudristek pada tahun 2022.

Agar mahasiswa S1 Indonesia bisa memilihnya menjadi tujuan universitas dalam Program IISMA tahun 2023.

Baca Juga : Komisi X DPR RI Belum Satu Suara Soal Mahasiswa Tak Wajib Skripsi Jika Ingin Sarjana

“Program MBKM sangat menarik dan Jepang seharusnya belajar konsep ini dari Indonesia. Kami juga ingin mengirimkan mahasiswa Keio University untuk belajar di perguruan tinggi di Indonesia. Semoga ada beasiswa khusus dari Pemerintah Indonesia,” harap Tsuchiya.

Sementara itu, sebagai delegasi kedua pada program AGTC di kampus Shonan Fujisawa, Keio University, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi melakukan diskusi dengan Dekan Fakultas Lingkungan dan Kajian Informasi, Fumitishi Kato.

Pada kesempatan ini, Dubes Heri memberikan kuliah umum dalam Bahasa Indonesia dengan tema ‘Indonesia – Japan: A Shared Future and History’ di hadapan 60 mahasiswa Jepang yang mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Baca Juga : Gubernur Sulsel Terima Dua Penghargaan Tingkat Nasional

Keio University merupakan universitas tertua di Jepang dan merupakan salah satu perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah Bahasa Indonesia dengan pengampunya adalah Petrus Ari Santoso.

“Program AGTC dengan format Kuliah Umum dan promosi serta workshop budaya ini akan menjadi template dalam program KBRI Tokyo di berbagai universitas yang masuk QS Ranking 300 besar. Dengan kombinasi diplomasi pendidikan dan budaya, diharapkan ada peningkatan dalam _people-to-people contact_ yang semakin menguatkan hubungan Indonesia Jepang saat ini dan saat mendatang,” ucap Dubes Heri Akhmadi.

Selain kuliah umum, delegasi KBRI Tokyo juga melakukan promosi budaya Indonesia dengan suguhan berbagai tarian tradisional berupa tari Puspanjali, Bali dan tari Piring, Sumatera Barat.

Baca Juga : 4 Kementerian Turun Tangan Selamatkan Guru Honor

Mahasiswa Keio pun turut serta menyuguhkan tari Ondel-ondel asal Betawi dan pencak silat oleh atlit nasional Jepang Daisuke Aso.

Kemeriahan promosi budaya membuncah ketika mahasiswa Jepang diminta maju ke depan kelas untuk belajar Tari Piring oleh diaspora Indonesia pegiat budaya, Tini Kodrat.

Di akhir kunjungannya delegasi KBRI diajak berfoto bersama di depan patung Fukuzawa Yukichi, pendiri Keio University di tahun 1858.

Penulis : Imam Adzka
Komentar