Minggu, 06 Juli 2025 13:13

Israel Umumkan Upaya Gencatan Senjata, Diplomasi Berlangsung di Qatar

Warga Palestina mengambil karung-karung berisi tepung dari sebuah truk bantuan dekat pos pemeriksaan Israel di Kota Gaza, 19 Februari 2024. (Foto: Kosay Al Nemer/Reuters)
Warga Palestina mengambil karung-karung berisi tepung dari sebuah truk bantuan dekat pos pemeriksaan Israel di Kota Gaza, 19 Februari 2024. (Foto: Kosay Al Nemer/Reuters)

ABATANEWS, JAKARTA — Upaya diplomatik menuju gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menggeliat. Pemerintah Israel menyatakan kesiapannya mengirim delegasi ke Qatar untuk mengikuti perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat. Langkah ini menyusul tanggapan positif Hamas terhadap proposal perdamaian yang ditawarkan.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Israel akan menghadiri perundingan tertutup di Doha pada Minggu (6/7/2025), sesuai instruksi langsung dari Netanyahu. Namun, pernyataan resmi tersebut juga menegaskan bahwa ada perubahan dalam proposal yang diajukan Hamas dan dianggap “tidak dapat diterima oleh Israel”.

“[Namun] perubahan yang diminta Hamas untuk dilakukan terhadap proposal Qatar telah disampaikan kepada kami tadi malam dan tidak dapat diterima oleh Israel,” demikian bunyi pernyataan kantor Netanyahu, dikutip dari Al Jazeera. Tidak dijelaskan secara rinci perubahan apa yang diminta Hamas.

Baca Juga : 14 Menteri Israel Desak Benjamin Netanyahu Caplok Wilayah Tepi Barat

Di balik dinamika diplomasi ini, realitas di Gaza tetap kelam. Hamas dikabarkan mengajukan tiga poin penting dalam proposalnya: penghentian permanen perang, penyaluran bantuan melalui mekanisme PBB alih-alih Gaza Humanitarian Foundation (GHF), serta penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza.

Penolakan terhadap GHF disuarakan karena tragedi yang menyertainya—lebih dari 700 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka sejak yayasan tersebut beroperasi akhir Mei. Warga juga tewas saat berusaha mendapatkan bantuan makanan.

Serangan udara masih terus berlangsung. Dalam 24 jam terakhir, Al Jazeera melaporkan sedikitnya 78 orang meninggal, termasuk akibat pemboman terhadap sekolah dan permukiman penduduk. Salah satu saksi mata, Zahwa Salmi, menceritakan momen mengerikan saat sekolah al-Shafi dibom ketika keluarga pengungsi tengah tidur.

Baca Juga : Jumlah Korban Genosida Israel di Gaza Sudah Mencapai 56.500 Jiwa

“Orang-orang berteriak: ‘Tidak ada Tuhan selain Allah! Tolong kami, seseorang!’ Tapi kemudian kami tidak mendengar suara apa pun dari mereka,” ungkap Salmi.

Krisis kemanusiaan pun memburuk. Warga mengalami dehidrasi, kelaparan, dan sulit mengakses makanan. Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), Charles Skau, menyebut situasi di Gaza sebagai salah satu yang paling tragis yang pernah ia saksikan.

“Sulit untuk menemukan kata-kata untuk menggambarkan tingkat keputusasaan yang saya saksikan. Orang-orang sekarat hanya karena berusaha mendapatkan makanan,” tegas Skau.

Penulis : Azwar
Komentar