ABATANEWS, PINRANG – Kesiapan pengelolaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Dusun Linoe, Desa Mangki, Kecamatan Cempa, kembali dipertanyakan setelah unit tersebut sempat berhenti beroperasi selama lima hari akibat persoalan internal antara mitra pengelola dan investor.
Padahal, SPPG ini baru berjalan kurang dari satu bulan dan melayani 3.095 penerima manfaat. Namun, distribusi gizi terhenti setelah seluruh peralatan dapur, yang sejak awal diketahui hanya berstatus pinjaman, ditarik kembali oleh pihak yang mengklaim kepemilikan fasilitas tersebut.
Kepala SPPG Cempa Mangki, Rasnawati, mengonfirmasi adanya penghentian layanan akibat persoalan peralatan yang diambil menyusul konflik antara yayasan atau mitra dengan investor.
Baca Juga : Dewan Pers-AJI Kecam Pencabutan ID Pers Reporter CNN yang Tanyakan Keracunan MBG ke Prabowo
“Betul, kami sempat tidak beroperasi sekitar lima hari. Alasannya karena barang-barangnya diambil semua terkait masalah internal, masalah yayasan atau mitra dengan investornya,” ujarnya, Senin (1/12/2025).
Rasnawati menekankan bahwa urusan kesepakatan bisnis bukan pada ranahnya.
“Kesepakatannya dengan investor itu bukan urusan saya. Yang penting, saya di sini sebagai kepala sudah mencairkan insentif ke yayasan atau mitra terkait. Selebihnya menjadi urusan mereka karena kesepakatan itu sudah dibuat bersama,” jelasnya.
Baca Juga : Prabowo Minta Dapur MBG yang Bikin Siswa Keracunan Ditutup Sementara
Selain soal fasilitas dapur, tata kelola SDM juga ikut disorot. Sejumlah relawan diberhentikan dan digantikan oleh keluarga dekat pengurus SPPG. Rasnawati mengakui bahwa keputusan tersebut diambil dalam situasi emosional.
“Memang saya memecat relawan. Saat itu saya terbawa emosi karena para relawan ikut mengangkat barang-barang tersebut ketika investor mengambil kembali peralatan,” ungkapnya.
Hingga kini, pihak yayasan maupun investor belum memberikan penjelasan mengenai penyelesaian konflik yang menyebabkan terhentinya layanan pemenuhan gizi tersebut.