Selasa, 26 Juli 2022 19:37

Cegah Stunting, Pendekatan Budaya di Launching Dahsat di Lembaga Adat Galesong

Pemerintah Kabupaten Takalar bersama Kepala Deputi Litbang BKKBN Prof Muh Rizal Martua Damanik meluncurkan dapur sehat (Dashat) dan pencanangan kampung KB untuk pencegahan dan penanganan stunting di Balla Lompoa Galesong, Kecamatan Galesong, pada Selasa (26/7/2022). (Foto: ABATANEWS/Azwar)
Pemerintah Kabupaten Takalar bersama Kepala Deputi Litbang BKKBN Prof Muh Rizal Martua Damanik meluncurkan dapur sehat (Dashat) dan pencanangan kampung KB untuk pencegahan dan penanganan stunting di Balla Lompoa Galesong, Kecamatan Galesong, pada Selasa (26/7/2022). (Foto: ABATANEWS/Azwar)

ABATANEWS, TAKALAR – Pemerintah Kabupaten Takalar bersama Kepala Deputi Litbang BKKBN Prof Muh Rizal Martua Damanik meluncurkan dapur sehat (Dashat) dan pencanangan kampung KB untuk pencegahan dan penanganan stunting di Balla Lompoa Galesong, Kecamatan Galesong, pada Selasa (26/7/2022).

Aksi pencegahan dan penanganan stunting kali ini dilakukan melalui pendekatan sosial budaya atau sosiokultural yang menyertakan kebudayaan ke dalam penalaran, interaksi sosial, dan pemahaman diri masyarakat terkait stunting.

“Berbagai pendekatan sudah kita lakukan termasuk pendekatan struktural hingga ke desa sudah kita lakukan, lintas sektoral juga sudah kita lakukan, dan kali ini kita lakukan pendekatan sosio-kultural atau pendekatan budaya,” kata Bupati Takalar Syamsari.

Baca Juga : Rapat Koordinasi BUMD di Takalar Fokus pada Peningkatan Layanan

Pendekatan budaya melibatkan lembaga atau kelompok adat untuk menambah jumlah stakeholder yang terlibat. Pelibatan berbagai stakeholder akan menjamin keberlanjutan program.

Contoh keterlibatan lembaga adat adalah mengingatkan masyarakat bahwa memberi ASI kepada bayinya merupakan warisan agama, warisan budaya yang perlu dijaga bahkan ditingkatkan ditengah serbuan susu buatan. Demikian juga berbagai jenis makanan bergizi yang sudah ada di sekeliling perlu tetap dipertahankan, seperti ubi jalar, kelor itu harus tetap dikonsumsi dengan pengolahan yang berbeda sesuai kebutuhan.

“Apa yang ada di sekitar kita bisa menjadi bahan perbaikan gizi untuk mencegah stunting. Dengan berkreasi kita bisa membuat anak-anak kita mau mengonsumsi sayur dan ikan. Pendekatan yang dilakukan harus berbasis ilmu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya saing anak-anak kita,” tandas Syamsari.

Baca Juga : Buka Festival Budaya dan Seni, Pj Bupati: Lestarikan Adat dan Budaya Galesong

Hal ini diapresiasi oleh Deputi Litbang BKKBN Prof Muh Rizal Martua Damanik sebagai upaya Pemkab Takalar keluar dari permasalahan stunting.

“Kita sepakat dengan Bupati dan Ketua PKK untuk memberikan nama kampung kita kampung siaga stunting. Olehnya itu, ibu hamil harus diperhatikan, rutin menimbang berat badan, dan memberikan edukasi ibu menyusui agar mau menyusui anaknya,” katanya.

“Alhamdulillah juga, kita sudah menyaksikan MoU antara Kemenag dan Pemkab Takalar yang nantinya para catin akan diberi edukasi 3 bulan sebelum menikah. Ini juga menjadi bagian dari upaya pencegahan dini stunting,” kata Prof Rizal.

Baca Juga : Disparpora dan TP-PKK Takalar Gelar Sosialisasi Daur Ulang Sandang

Prof Rizal menambahkan bahwa semua pihak dapat berperan dalam pencegahan stunting.

stunting diindonesia sebanyak 24,4 persen, dan di Takalar juga angka stuntingnya masih tinggi. Pertanyaannya bagaiamana cara mengatasi stunting ini?

“Caranya adalah mencegah bayi stunting yang baru dan yang ada sekarang kita perbaiki,” pungkasnya.

Baca Juga : Sekda Takalar Pimpin Rapat Persiapan Jelang Peringatan HUT Proklamasi ke-79

Launching juga disertai dengan penganugerahan gelar kebangsawanan kepada Kepala Deputi BKKBN Prof Muh. Rizal Martua Damanik yang bergelar
Daeng Malabbang ditandai dengan pemasangan songkok guru oleh pemangku adat karaeng galesong dan Istri Deputi Litbang Fitrianti Syahriani yang diberi gelar Daeng Singara.

Penulis : Azwar
Komentar