ABATANEWS, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut ada potensi bencana Hidrometeorologi melanda beberapa wilayah di Indonesia. Bencana ini, juga disebutkan akan melanda kawasan Sulawesi Selatan (Sulsel).
Deputi Bidang BMKG, Guswanto mengatakan pola sirkulasi angin yang saat ini berada di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) disebabkan awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam. Menurutnya, dalam 24 jam ke depan pola sirkulasi angin tersebut dapat memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia.
“Diantaranya hujan sedang sampai lebat disertai kilat, angin kencang yang dapat berdampak pada potensi bencana hidrometeorologi,” ungkap Guswanto berdasarkan keterangan tertulisnya, Kamis (24/2/2022).
Baca Juga : BMKG Prediksi Seluruh Wilayah Sulsel Dilanda Hujan Pada Siang Ini
Berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 di wilayah sekitar, sistem sirkulasi tersebut terlihat awan konvektif belum terakumulasi dengan baik. Hal itu menyebabkan hujan sedang sampai lebat.
Hasil analisis angin per lapisan menunjukkan adanya pola sirkulasi pada lapisan-lapisan bawah hingga menengah namun masih cukup melebar. Data model prediksi BMKG menunjukkan ada pergerakan sistem sirkulasi menuju ke arah Selatan hingga Barat Daya dan menjauhi wilayah Indonesia.
“Sementara itu potensi sistem sirkulasi tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24 jam ke depan masih berada dalam kategori rendah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam ke depan,” paparnya.
Baca Juga : BMKG: Waspada La Nina, Curah Hujan Diprediksi Meningkat Hingga 40 Persen di Beberapa Wilayah Indonesia
Keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa, Bali, NTB dan NTT.
Dengan begitu, ada beberapa wilayah yang berpotensi bencana hidrometeorologi. Di antaranya beberapa wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.
“Selain itu ada juga gelombang tinggi 2,5 sampai 4 meter yaitu Laut Banda dan Perairan Kep. Sermata – Tanimbar. Sedangkan gelombang tinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di Laut Arafuru bagian Barat,” demikian Guswanto.