ABATANEWS, JAKARTA — Tindakan tentara Israel yang merobek dan membakar salinan kitab suci Al-Quran di Gaza telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk kelompok Hamas yang berkuasa di wilayah tersebut. Kejadian ini menambah panjang daftar ketegangan antara Israel dan Palestina, khususnya di tengah situasi konflik yang semakin memanas.
Insiden ini terungkap melalui laporan media internasional, Al-Jazeera, yang menayangkan rekaman dari kamera yang dipasang oleh tentara Israel di Masjid Bani Saleh, Gaza Utara. Tidak hanya merobek, tentara tersebut juga membakar kitab suci umat Islam itu. Tindakan ini dikecam keras oleh Hamas yang menyebutnya sebagai bentuk ekstremisme dan kebencian yang mendalam terhadap identitas dan kesucian bangsa Palestina.
Dalam pernyataannya pada Sabtu (24/8/2024), Hamas menuduh Israel melakukan serangan sistematis terhadap situs-situs suci di Gaza. Selama sepuluh bulan terakhir, menurut Kantor Media Pemerintah Hamas, Israel telah menghancurkan 610 masjid dan tiga gereja di wilayah tersebut. Hamas juga mengajak komunitas internasional untuk mengambil tindakan nyata dalam melindungi situs-situs suci umat Islam dan Kristen di Palestina dari penghancuran lebih lanjut.
Baca Juga : Rumah PM Israel Benjamin Netanyahu Dilempari 2 Granat
Dampak Sosial dan Kemanusiaan
Kejadian ini bukan hanya soal perusakan fisik, tetapi juga berdampak besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat Gaza. Dengan banyaknya masjid yang hancur, warga terpaksa melaksanakan salat di depan reruntuhan rumah ibadah mereka. Pada Juli lalu, serangan brutal oleh Israel terhadap jamaah salat Subuh di Gaza menyebabkan banyak korban jiwa, memperlihatkan betapa kritisnya situasi di wilayah tersebut.
Insiden ini menambah dimensi baru dalam konflik panjang antara Israel dan Palestina, khususnya terkait penistaan terhadap simbol-simbol keagamaan. Dunia internasional kini dihadapkan pada tantangan untuk memberikan perlindungan dan keadilan bagi korban serta menjaga situs-situs suci dari penghancuran lebih lanjut. Kejadian ini juga menggambarkan perlunya dialog yang lebih intens untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.