Minggu, 20 Juni 2021 08:01

Sosok Ebrahim Raisi, Cucu Nabi Muhammad yang Jadi Presiden Iran

Ebrahim Raisi
Ebrahim Raisi

ABATANEWS – Kepala Pengadilan Iran Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden kedelapan Iran setelah kementerian dalam negeri mengumumkan hasil perolehan suara pemilihan presiden.

Raisi menang setelah memperoleh 61.95 persen suara dengan jumlah partisipasi pemilih yang hanya 48,8 persen. Ini adalah partisipasi terendah pemilihan presiden Iran sejak revolusi 1979. Raisi memperoleh 28.933.004 suara.

Baca Juga : Israel Balas Iran: Serang 20 Fasilitas Militer di 3 Provinsi

Suara tidak sah sebanyak 3.726.870 suara dan menempati urutan kedua dalam perolehan antar calon. Suara tidak sah yang begitu besar ini juga adalah yang pertama kalinya sejak berdirinya Republik Iran.

Mantan komandan Pengawal Revolusi Mohsen Rezaei bahkan hanya menempati urutan ketiga dalam pemilihan dengan 3.412.712 suara. Disusul oleh kandidat moderat Abdolnasswer Hemmati dengan 2.427.201 suara, dan Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi dengan 999.718 suara.

“Tidak ada pelanggaran yang akan berdampak signifikan pada hasil pemilu,” kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani-Fazli saat konferensi pers dilansir AlJazeera.

Baca Juga : Kepala Pasukan Elite Iran Hilang di Tengah Serangan Israel ke Lebanon

Raisi akan dilantik pada awal Agustus menggantikan Presiden moderat Hassan Rouhani yang tidak bisa lagi mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.

“Saya mengucapkan selamat kepada semua orang atas pilihan mereka,” kata Presiden Iran Rouhani pada hari Sabtu.

Terpilihnya Raisi menandai konsolidasi kekuasaan oleh kubu konservatif dan garis keras yang sebelumnya sudah mengendalikan parlemen Iran.

Baca Juga : Iran Siapkan Langkah Serangan Balasan untuk Antisipasi Ancaman Israel

Raisi adalah cendekiawan Muslim yang kerap mengenakan sorban hitam sebagai penanda dia adalah keturunan Nabi Muhammad.

Raisi menjadi presiden Iran pertama yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat bahkan sebelum menjabat.

AS memasukkannya ke daftar hitam karena perannya dalam eksekusi massal tahanan politik pada tahun 1988, keterlibatannya dalam tindakan keras terhadap protes Gerakan Hijau 2009, dan pengawasan atas eksekusi individu yang masih di bawah umur.

Baca Juga : Sebagai Balasan Sejumlah Petinggi Tewas, Iran Serang Israel Dengan Ratusan Rudal Balistik

Raisi dibesarkan di timur laut kota Masyhad, sebuah pusat keagamaan penting bagi Muslim Syiah di mana Imam Reza, pemimpin agama Syiah kedelapan, dimakamkan.

Dia belajar di bawah bimbingan beberapa cendekiawan Muslim terkemuka Iran, termasuk Pemimpin Tertinggi Ali Hosseini Khamenei.

Setelah menjadi jaksa untuk beberapa wilayah, Raisi pindah ke ibukota, Teheran, pada tahun 1985 saat ditunjuk sebagai wakil jaksa.

Baca Juga : Timur Tengah Memanas, Kemlu Minta WNI Tidak Lakukan Perjalanan Lebanon Hingga Iran

Setelah naik pangkat dalam sistem peradilan, pada Maret 2016 ia ditunjuk oleh pemimpin tertinggi sebagai penjaga Astan-e Quds Razavi, tempat suci Imam Reza yang berpengaruh, di mana ia mengendalikan aset miliaran dolar.

Dia telah mencalonkan diri sebagai presiden tetapi tidak berhasil melawan Rouhani pada tahun 2017 dan hanya meraih 38 persen suara.

Raisi telah berjanji untuk meningkatkan ekonomi Iran yang sedang sekarat di bawah sanksi AS dan pandemi virus corona yang telah memperburuk masalah infrastruktur selama beberapa dekade.

Baca Juga : Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas di Iran, Disinyalir Akibat Serangan Israel

Meskipun sebelumnya menentang kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia, Raisi mengatakan saat debat presiden bahwa ia akan menjunjung tinggi kesepakatan penting seperti komitmen negara lainnya.

Namun, dia menunjukkan akan membentuk pemerintahan yang kuat untuk mengarahkan kesepakatan ke arah yang benar.

Komentar