Minggu, 13 April 2025 22:17

SBY Akui Cemas dengan Perang Dagang AS-China, Serukan Kepemimpinan Global

Dokumentasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu Presiden China Xi Jinping (kanan) dalam pertemuan pada 2019 lalu. (Foto/Anadolu Agency)
Dokumentasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu Presiden China Xi Jinping (kanan) dalam pertemuan pada 2019 lalu. (Foto/Anadolu Agency)

ABATANEWS, JAKARTA — Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti kebutuhan mendesak akan kepemimpinan global yang bertanggung jawab, di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Menurutnya, rivalitas dua negara besar tersebut berpotensi mengalihkan perhatian dunia dari isu-isu global yang tak kalah genting.

Ketegangan antara AS dan China memanas setelah keduanya saling menaikkan tarif impor. AS mematok tarif setinggi 145% terhadap barang-barang dari China, dan dibalas oleh China dengan tarif 125% terhadap produk asal AS. Indonesia ikut terdampak dengan tarif impor sebesar 32%, sementara negara ASEAN lainnya dikenakan tarif bervariasi, seperti Kamboja 49%, Vietnam 46%, Thailand 36%, dan Malaysia 24%.

Dalam forum The Yudhoyono Institute di Jakarta, Minggu (13/4/2025), SBY menyampaikan keprihatinannya terhadap potensi dampak jangka panjang dari fokus dunia yang berlebihan terhadap konflik ekonomi ini.

Baca Juga : Makin Memanas, Tarif Impor Barang China ke AS Kini 145%

“Kita cemas, saya cemas, kalau perhatian para pemimpin dunia, tentu bukan hanya Amerika Serikat dan Tiongkok, tapi all world leaders, kalau makin away dari kewajiban internasional yang lain, misalnya menyelamatkan bumi kita dari climate disaster, yang menurut saya sekarang makin mencemaskan. No longer climate change, tapi climate crisis,” ujarnya.

SBY juga mengingatkan bahwa ancaman lain seperti kemiskinan dan ketimpangan sosial jangan sampai terabaikan. Ia menyayangkan jika pendekatan kekuasaan dan kekuatan keras (hard power) justru menjadi prioritas utama para pemimpin dunia.

“Makin kita memusatkan pikiran kita, hari-hari kita, hanya untuk perang dagang yang mungkin dampaknya buruk, demikian juga pendekatan dalam mengatasi persoalan regional melalui geopolitics of power, melalui perang, melalui apa-apa yang merupakan hard power, jadi dari power politics seperti itu, yang sebetulnya makin menjauh dari kewajiban global yang lain,” kata SBY.

Baca Juga : Rencana Prabowo Relokasi Warga Gaza ke RI, MUI: Untuk Apa Ikut-ikutan AS dan Israel?

Sebagai tokoh yang turut membentuk arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, SBY mendorong agar pemerintah tidak tinggal diam dalam menyikapi dinamika global ini.

“Tentu kita harus bisa dengan penuh tanggung jawab, dengan tujuan yang baik, ikut menyampaikan pikiran-pikiran kita. Forum seperti ini adalah cikal bakal atau embryo dari kepedulian kita terhadap permasalahan dunia,” pungkasnya.

Penulis : Azwar
Komentar