Senin, 06 Februari 2023 19:03

Resmi! Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1444 23 Maret, Lebaran 21 April

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (Foto: Muhammadiyah.or.id)
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (Foto: Muhammadiyah.or.id)

ABATANEWS, YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada, Senin (6/2/2023) resmi menetapkan 1 Ramadan 1444 H pada Kamis 23 Maret 2023, 1 Syawal 1444 H pada Jumat 21 April 2023, dan 1 Zulhijjah 1444 H pada Senin 19 Juni 2023.

Kepastian tersebut disampaikan secara langsung oleh Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti di acara Konferensi Pers Maklumat PP Muhammadiyah “Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, Zulhijjah 1444 H di kantor PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro, No. 23, Kota Yogyakarta.

Selain Muhammad Sayuti, hadir di acara tersebut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Syamsul Anwar, dan Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Oman Fathurrohman.

Baca Juga : Muhammadiyah Segera Umumkan Soal Kebijakan Izin Pengelolaan Tambang Untuk Ormas

Penetapan 1 Ramadan, kata Syamsul Anwar memiliki potensi sama dengan pemerintah, tetapi awal Syawal dan Zulhijjah ada potensi berbeda dengan pemerintah karena Muhammadiyah memakai hisab hakiki wujudl hilal, sementara pemerintah berpedoman pada kriteria MABIMS.

“Potensi perbedaan ada pada awal Syawal dan Zulhijah hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat,” tuturnya.

Baca Juga : Muhammadiyah Luncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal, Langkah Menuju Penyatuan Umat

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan supaya jika terjadi perbedaan jangan dijadikan sebagai sumber perpecahan, karena umat Islam di Indonesia memiliki pengalaman dalam perbedaan.

Perbedaan di tubuh umat Islam bukan suatu yang baru, oleh karena itu itu Haedar mendorong dari perbedaan itu lahir sikap saling menghargai, menghormati dan toleransi atau tasamuh, serta menimbulkan pernghargaan dan kearifa atas perbedaan.

“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nad perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” imbuhnya.

Penulis : Wahyuddin
Komentar