Minggu, 26 Desember 2021 20:02

Peringatan 17 Tahun Tsunami Aceh, Ridwan Kamil Cerita Tangisnya Kala Itu

Peringatan 17 Tahun Tsunami Aceh, Ridwan Kamil Cerita Tangisnya Kala Itu

ABATANEWS, ACEH – 26 Desember 2004 merupakan sejarah bagi dunia, khususnya Indonesia. Sebuah peristiwa besar yang membuat Ibu Pertiwi berduka kala itu.

Ratusan ribu nyawa melayang. Sejumlah daerah rata dengan tanah, usai disapu oleh air laut.

Khususnya bagi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, peristiwa itu begitu menyentuh hati dan pikirannya. Sebagai seorang arsitek kawakan, untuk pertama kalinya ia menangis saat berhasil didapuk sebagai pendesain Museum Tsunami Aceh.

Baca Juga : Ridwan Kamil Temui Jokowi di Solo, Makan Malam dengan Prabowo

“14 tahun lalu, tahun 2007 masyarakat Aceh mempercayai saya untuk menitipkan memori kolektifnya melalui sebuah karya namanya Museum Tsunami Aceh,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya, saat memberi sambutan dalam acara peringatan 17 tahun gempa dan tsunami Aceh yang diselenggarakan di pelataran parkir Pelabuhan Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, pada Ahad (26/12/2021).

Baca Juga : Ridwan Kamil Siap Bangun Venue Setara JIS Bila Jadi Gubernur Jakarta

 

Baca Juga : Ridwan Kamil Siap Bangun Venue Setara JIS Bila Jadi Gubernur Jakarta

 

Lihat postingan ini di Instagram

Baca Juga : Ridwan Kamil Siap Bangun Venue Setara JIS Bila Jadi Gubernur Jakarta

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ridwan Kamil (@ridwankamil)


“Saya sebagai arsitek pada saat itu sudah mendesain banyak bangunan, tapi mendesain yang paling emosional dan meneteskan air mata adalah pada saat mendesain museum tsunami Aceh,” kenangnya.

Baca Juga : Siapa Suswono Calon Wakil yang Digandeng Ridwan Kamil di Jakarta? Eks Mentan yang Pernah Keok di Pilkada

Kang Emil juga mengungkap, museum tsunami di dalamnya tidak hanya untuk mengingatkan peristiwa bencana alam, tetapi juga didesain menjadi tempat belajar bagaimana generasi selanjutnya bisa belajar menyambut masa depan lebih baik dan lebih semangat.

“Museum itu sangat terbuka. Saya menghadirkan tempat yang tidak angker. Jadi orang-orang setiap hari jika rindu, butuh istirahat, silakan datang tanpa harus masuk ke dalamnya,” tutur Kang Emil. (*)

Komentar