ABATANEWS – Biaya internet yang mahal, berdampak pada ketimpangan akses internet di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara Indonesia Fintech Summit 2021.
Menurut Luhut, hanya orang-orang berekonomi menengah ke atas atau orang berduit yang bisa mengakses internet yang baik di Indonesia. Dengan kondisi seperti ini, perkembangan ekonomi digital di Indonesia masih sulit maju.
“Kesenjangan internet juga terjadi karena biaya yang mahal, memungkinkan internet hanya bisa diakses mereka yang mampu secara ekonomi. Hal ini yang harus diselesaikan pemerintah,” kata Luhut dilansir dari Youtube Jasa Keuangan, Senin (13/12).
Baca Juga : Bank Dunia Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh Pesat, Jokowi Yakin Akan Lampaui China dan India
Selain akses, kecepatan internet di Tanah Air masih terbilang lambat, ketimbang negara-negara tetangga. Hal itu disebabkan jaringan yang belum terpasangan secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, termasuk di desa-desa.
“Akses layanan telekomunikasi masih belum menjangkau semua desa di Indonesia. Selain itu rendahnya tingkat kecepatan jaringan juga menjadi kendala dalam menumbuhkan ekonomi digital,” ujarnya.
Baca Juga : Pemerintah Canangkan Skema BBM Subsidi Berbasis AI
Untuk mendukung perkembangan ekonomi digital, semua pihak bersama pemerintah harus bekerja sama menyelesaikan masalah ini.
“Inilah yang harus menjadi perhatian kita bersama. Bukan hanya pemerintah, namun juga dorongan dari asosiasi. Pemerintah juga akan terus mendorong mengatasi kesenjangan digital yang terjadi,” ucap Luhut.
Selain itu, di Indonesia tarif internet kabelnya memang masih terbilang mahal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Data CupoNation Indonesia pada 2019 lalu mengungkap, negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina menerapkan tarif internet kabel per Mbps yang lebih murah ketimbang di Indonesia.
Baca Juga : Luhut Tolak Jadi Menteri di Kabinet Prabowo, Siap Jadi Penasehat
Mereka juga menemukan bahwa kecepatan di empat negara tersebut lebih tinggi dibanding di Indonesia. Berdasarkan hasil studi tersebut, Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mampu menawarkan koneksi internet berbasis fiber dengan kecepatan maksimal hingga 2 Gbps. (*)