ABATANEWS, JAKARTA – Serangkaian ledakan bom mengguncang jaringan transportasi publik London pada Kamis pagi waktu setempat, menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai sekitar 700 lainnya.
Tiga ledakan pertama terjadi hampir bersamaan pada pukul 08.50 pagi di kereta bawah tanah, masing-masing di dekat Stasiun Liverpool Street, Edgware Road, serta di jalur antara King’s Cross dan Russell Square.
Sekitar satu jam kemudian, sebuah ledakan kembali terjadi di dalam bus tingkat nomor 30 yang sedang melintas di Tavistock Square, hanya beberapa blok dari King’s Cross.
Baca Juga : Update Korban Bom Polsek Astana Anyar, 1 Polisi Meninggal
Korban tewas terbanyak tercatat di jaringan Underground, dengan 35 orang dilaporkan meninggal. Sementara dua korban jiwa lainnya tercatat dalam insiden ledakan bus tingkat tersebut, seperti dikutip dari BBC, Senin (7/7/2025).
Menteri Luar Negeri Inggris Jack Straw menyebut bahwa pola serangan ini memiliki “ciri-ciri khas aksi yang terkait dengan jaringan al-Qaeda.”
Menanggapi insiden tersebut, Perdana Menteri Inggris Tony Blair langsung kembali ke London dari pertemuan puncak G8 di Gleneagles. Dalam pernyataan yang disampaikan dari Downing Street dan disiarkan langsung di televisi nasional, Blair mengecam keras aksi teror ini serta memuji keberanian dan ketenangan warga London.
Baca Juga : Bom Bunuh Diri Meledak di Polsek Astana Anyar, Pelaku Diduga Tewas
“Mereka mencoba menebar teror lewat pembantaian orang-orang tak berdosa, berusaha menakuti kita agar tidak lagi menjalani kehidupan sebagaimana yang kita pilih,” ujar Blair.
Pihak kepolisian dan dinas keamanan telah dikerahkan penuh untuk menyelidiki pelaku dan jaringan yang terlibat dalam serangan tersebut.
Serangan ini menjadi salah satu insiden teror paling mematikan yang pernah terjadi di Inggris dan mengguncang rasa aman warga ibu kota.