Jumat, 29 Oktober 2021 10:24

Khawatir Keamanan Vaksin, Banyak Warga Rusia Enggan Divaksinasi

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Foto: iStockphoto/nevodka)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Foto: iStockphoto/nevodka)

ABATANEWS – Otoritas Rusia pada Kamis melaporkan rekor 1.159 kematian harian Covid-19 nasional, dengan jumlah infeksi harian menembus angka 40.000 kasus lebih untuk pertama kalinya.

Banyak warga Rusia mengaku enggan untuk disuntik vaksin dan menolak empat vaksin yang terdaftar di Rusia, termasuk vaksin unggulan, Sputnik V.

Sejumlah orang mengatakan bahwa mereka ragu-ragu karena tidak percaya pada otoritas, sementara yang lainnya khawatir dengan keamanan vaksin itu sendiri.

Baca Juga : Vladimir Putin Kembali Pimpin Rusia untuk Periode Kelimanya, ‘Opsisi’ Mereka Hanya Barat

Data resmi per 22 Oktober menunjukkan bahwa 49,1 juta warga Rusia telah mendapatkan vaksin COVID-19 lengkap. Jumlah keseluruhan populasi, di luar Krimea, secara resmi diperkirakan berjumlah sekitar 144 juta orang.

bu kota Rusia, Moskow, akan memberlakukan penguncian (lockdown) paling ketat dalam lebih dari setahun pada Kamis saat infeksi dan kematian akibat COVID-19 menyentuh rekor baru di tengah pelaksanaan vaksinasi yang lamban.

Penguncian secara sebagian di Moskow diterapkan menjelang penutupan tempat kerja berskala nasional selama sepekan mulai 30 Oktober.

Baca Juga : Pemerintah Rusia Masukkan Kaum LGBT Kelompok Teroris

Selama masa lockdown, hanya toko yang menjual kebutuhan krusial seperti apotek dan supermarket yang diizinkan buka, sedangkan sekolah dan taman kanak-kanak negeri ditutup.

Sejumlah daerah juga memutuskan untuk memulai penguncian parsial pada Kamis, atau bahkan lebih awal, dalam upaya menekan jumlah infeksi.

Warga Moskow diizinkan untuk keluar rumah, berbeda halnya dengan lockdown selama musim panas 2020.

Baca Juga : Rusia-China Buat Proyek Spektakuler: Pasang Pembangkit Nuklir di Bulan pada Tahun 2033

Namun, langkah baru itu menunjukkan meningkatnya kekhawatiran di kalangan pejabat atas rekor jumlah kematian, yang dituding Kremlin disebabkan oleh keraguan terhadap vaksin.

Sumber: JPNN.com

Komentar