ABATANEWS, MESIR – Perang di Gaza terus berlanjut. Dampak yang paling dirasakan oleh warga pengungsi adalah semakin sulitnya mendapatkan akses pangan, akses air bersih dan layanan kesehatan.
Situasi yang terus memburuk ini diperparah dengan penutupan pintu-pintu masuk akses bantuan kemanusian yang saat ini dikuasai penuh oleh Tentara Israel.
Badan Pangan Dunia Perserikatan bangsa Bangsa (PBB) menekankan pentingnya pembukaan akses pintu masuk bantuan internasional yang aman dan berkelanjutan, khususnya penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom.
Baca Juga : PMI Telah Kirim Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Flores Timur
Ini adalah satu upaya yang dapat dilakukan mengatasi krisis pangan dan kebutuhan dasar serta untuk memastikan bahwa makanan bergizi dan terdiversifikasi menjangkau mereka yang paling rentan.
Walaupun situasinya semakin sulit dan sangat mengkawatirkan, PMI didukung oleh Lembaga Kemanusiaan lokal di Gaza berkomitmen untuk terus menyalurkan bantuan.
Mereka juga memastikan proses pendistribusian bantuan pangan dapat terus dilakukan di kamp kamp pengungsian, termasuk membuka layanan dapur umum bagi para pengungsi.
Baca Juga : Relawan PMI Diminta Kampanyekan Pencegahan Konflik
“Penutupan jalur masuk bantuan di pintu Rafah saat ini menjadi kendala utama masuknya bantuan bahan pangan, termasuk bantuan dari PMI yang saat ini masih menunggu jadwal masuk,” kata Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia, Dr. Abdurrahman Muhammad Fachir dalam keterangannya diterima Selasa (11/6/2024).
“Warga pengungsi perlu makanan dan minuman untuk menyambung hidup. Ini yang tidak bisa ditunda. Karena itulah PMI saat ini terus melanjutkan layanan dapur Umum di beberapa titik kamp penampungan darurat,” tambahnya.
Baca Juga : HUT ke-79 PMI: Indah Putri Indriani Ajak Masyarakat Hadapi Tantangan Perubahan Iklim
Layanan Dapur Umum PMI dilakukan bersama lembaga kemanusiaan lokal dan tentunya berkat dukungan dan sumbangan donasi dari donor dan masyarakat Indonesia.
“Palang Merah Indonesia (PMI) menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para donor sehingga layanan ini dapat terlaksana,” Kata Fachir.
Layanan dapur umu ini dilakukan untuk merespon krisis pangan berkepanjangan. Sejumlah kendala dihadapi karena ketersediaan bahan dasar pangan juga semakin sulit di ketemukan di wilayah Gaza.
Baca Juga : Cegah Bencana, Jusuf Kalla Minta Seluruh Relawan PMI Gencar Tanam Pohon
Termasuk bahan bakar untuk proses memasak makanan juga semakin sulit didapat. Untuk bertahan hidup, warga pengungsi tentu perlu makanan dan juga minuman. Krisis pangan yang sudah mulai terjadi di beberapa bulan yang lalu dan terus berlanjut sampai dengan saat ini.
“Layanan dapur umum ini awalnya dilaksanakan di Kamp Pengungsian Rafah, namun karena situasi keamanan tidak memungkinkan, dapur umum dipindahkan ke Kamp Penampungan di Deir Balah. Layanan dapur umum ini melengkapi upaya PMI untuk mendorong bantuan pangan melalui proses pengadaan yang dilaksanakan oleh Egyptian Red Crescent,” jelas Arifin Muh. Hadi, Tim PMI yang saat ini masih berada di Mesir.