ABATANEWS, MAKASSAR – Ketua DPW Ikatan Pengkaji Lingkungan Hidup Indonesia (Inkalindo) Sulawesi Selatan, Haris Djalante menilai rel kereta elevated lebih ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat.
Pernyataan itu ia sampaikan menyusul adanya polemik desain rel kereta api trans Sulawesi Segmen E, dari arah Kabupaten Maros menuju Kota Makassar, antara rel elevated (layang) dan at grade (darat).
Menurut Haris, rel elevated memiliki potensi banjir yang lebih kecil, karena tidak terbentuk gundukan yang dapat membendung aliran air dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Baca Juga : MTQ VII Korpri Nasional Resmi Ditutup, Sulsel Sabet 12 Penghargaan
Bahkan, jika desain rel elevated potensinya kecil terjadi banjir, karena hanya di spot-spot (tiang) terjadi pembendungan.
“Kalau sebidang potensinya besar, seperti membuat bendungan di dudukan rel, menghalangi air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, harus dilihat lagi kontur tanah yang dilewati,” ujar Haris dalam keterangannya, Selasa (9/8/2022).
Selain relatif lebih aman dari potensi bencana banjir, lanjut Haris, pembebasan lahan untuk rel elevated juga lebih kecil dibandingkan rel at grade.
Baca Juga : Pjs Wali Kota Makassar Ungkap Semangat Makassar Tangguh, Sejahtera, Bahagia dalam HUT Ke-417
Hal ini disebabkan biaya ganti rugi lahan hanya per segmen atau cukup tiangnya saja.
“Seperti contohnya kalau di PLN, cukup di lintasannya yang diberi kompensasi, tidak ada pembebasan lahan sepenuhnya, kita harus lihat lagi feasibility study proyek ini,” imbuh Haris yang juga Dosen Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini.
Haris menambahkan, rel elevated jika dihitung nilai investasi pembangunan konstruksi rel memang lebih besar di awal pembangunan.
Baca Juga : Sulsel Siap Jadi Tuan Rumah MTQ VIII Korpri Nasional 2026
Namun jika dikonversi dengan dampak gangguan lingkungan, besar biaya pembebasan, dan keamanan masyarakat pengguna jalan lainnya, rel elevated lebih besar manfaatnya.
Jika dipaksakan untuk rel at grade, pemerintah pusat lebih memilih pendekatan menekan biaya (cost) dari desain rel menggunakan konsep sebidang, dibandingkan pendekatan dampak gangguan lingkungan atas keberadaan rel kereta.
Terkait penolakan Wali Kota Makassar Ramdhan ‘Danny’ Pomanto atas desain rel at grade, Haris menilai pertimbangan Danny didasarkan keinginan melindungi warganya dari ancaman banjir di musim hujan.
Baca Juga : Dispar Gelar Clothing Day 2024, Gandeng World Of Chayra Tampilkan Hijab Bergambar Pinisi Hingga Rotterdam
Seperti yang terjadi belum lama ini di Kab. Barru dan Kab. Pangkep, daerah yang dilalui rel kereta api Trans Sulawesi.
“Saya melihat Pak Danny bukan menolak proyek rel ini, tapi dia ingin melindungi warganya, selain ancaman banjir, juga potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi di perlintasan simpangan sebidang yang biasanya diberi palang penghalang,” pungkas Haris.