Jumat, 19 April 2024 18:21

Imbas Konflik Timur Tengah, Pemerintah Buka Opsi Naikkan Harga BBM

Ilustrasi SPBU
Ilustrasi SPBU

ABATANEWS, JAKARTA — Konflik di Timur Tengah membuat harga minyak di dunia makin fluktuatif. Imbas itu juga mungkin terasa di Indonesia.

Makanya, muncul wacana bila harga bahan bakar minyak di Indonesia juga akan naik. Namun, pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih melihat situasi.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, BBM yang dikelola oleh PT Pertamina masih berani menjamin kalau harga BBM tidak akan naik hingga Juni mendatang. Meski, tak menutup kemungkinan juga akan terjadi kenaikan harga setelah itu.

Baca Juga : Daftar Harga BBM Per-1 November, Harga Non Subsidi Kembali Naik

“Kemarin udah kita bahas, jadi kita masih nahan (harga BBM Pertamina) sampai Juni. Kalau ini tidak berkesudahan konflik kan harus ada langkah yang pas,” ujar Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Adapun revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM jadi salah satu strategi untuk menahan harga di tengah gejolak konflik saat ini.

“Nah, sebetulnya kan Perpres 191 itu kan memang untuk mengalokasikan kepada yang berhak subsidi, itu dulu yang perlu diterapkan ya. Jangka pendek itu satu, harus ada jaminan supply,” imbuh Menteri ESDM.

Baca Juga : Kementerian ESDM Ungkap Alasan Pembatasan BBM Subsidi Batal Dilakukan

Menurut dia, harga BBM milik Pertamina masih akan bertahan hingga Juni dengan mempertimbangkan masa pemulihan (recovery). Pemerintah disebutnya tidak ingin masyarakat kena beban biaya tambahan imbas konflik Israel vs Iran.

“Tapi selanjutnya kita akan ambil Perpres ini untuk supaya tepat sasaran. Kan banyak yang enggak kepakai kan sekarang. Kan banyak yang ketemu, nimbun, itu perlu kita benahin,” tegas Arifin.

Lebih lanjut, ia turut memaparkan langkah selanjutnya pasca Juni 2024. Pasalnya, Indonesia saat ini masih mengimpor sekitar 240 ribu BOPD minyak mentah (crude) dari berbagai macam negara, salah satunya Arab Saudi.

Baca Juga : Pemerintah Tegaskan BBM Subsidi Bukan untuk Kelas Atas

Kemudian, Indonesia juga masih melakukan impor BBM ekuivalen 600 ribu BOPD dari tiga negara yang menawarkan harga paling kompetitif, yakni Singapura, Malaysia dan India.

Arifin enggan terlena dengan jaminan suplai BBM dari ketiga negara tersebut. Sebab menurutnya, situasi dunia saat ini masih belum pasti. Tidak hanya di kawasan Timur Tengah saja, ia pun khawatir konflik geopolitik meluas ke wilayah lain, khususnya di sekitar Asia Pasifik.

“Ini kan juga harus mengantisipasi sumber-sumber suplai untuk kilang-kilangnya Singapura, Malaysia, sama kilang India. Kalau India kan dulu Rusia di-banned kan dia tetap aja ambil,” ungkap dia.

Baca Juga : Bontoa Dilanda Kekeringan, Pemkab Maros Gandeng Pertamina Salurkan 150.000 Liter Air Bersih untuk Warga

“Jadi ini yang memang geopolitik ini serius, sangat serius. Ukraina belum selesai, udah timbul di Middle East. Kemudian tensi di asia pasifik juga harus diantisipasi. Karena Amerika udah kirim ke pangkalan-pangkalannya yang di Pasifik ini misah-misah, pasti ada responsnya. Jadi kita berharap jangan ada konflik di wilayah ini,” tegasnya.

Selain mencari suplai tambahan, Arifin juga meminta bantuan masyarakat untuk menjaga ketahanan energi. Di samping terus melakukan eksplorasi untuk mencari sumber energi baru di Tanah Air.

“Satu, kita lihat dari sumber pendapatan lain, efisiensi/penghematan apa yang bisa kita lakukan. Masyarakat coba partisipasi kurangin program pemerintah gitu kan, manfaatkan energi yang memang bisa dimanfaatkan dalam negeri,” pungkasnya.

Penulis : Azwar
Komentar