Jumat, 27 Agustus 2021 09:52

Dua Ledakan di Bandara Kabul, 60 Warga Sipil dan 12 Tentara Amerika Tewas

(AP Photo)
(AP Photo)

ABATANEWS – Dua ledakan terjadi di Bandara Kabul, Afghanistan, Kamis (26/8/2021) waktu setempat. Dua ledakan itu diklaim ISIS.

Akibatnya 60 warga sipil tewas. 12 tentara Amerika Serikat juga jadi korban dalam insiden ini. Dan 143 lainnya luka-luka.

Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth “Frank” McKenzie mengatakan 12 anggota militer AS tewas dan 15 lainnya terluka dalam serangan di bandara Kabul. “Ini hari yang berat,” katanya.

Baca Juga : Betapa Paniknya Anak-anak Ditembaki Saat Rayakan Idul Fitri di Philadelphia, 3 Luka

Dia menyatakan pihaknya sedang bekerja untuk mencari siapa yang berada di balik serangan mematikan di bandara Kabul.

“Kami bekerja sangat keras sekarang untuk menentukan atribusi, untuk menentukan siapa yang terkait dengan serangan pengecut ini dan kami siap untuk mengambil tindakan terhadap mereka – 24/7 kami cari mereka,” katanya dikutip dari CNNIndonesia.

McKenzie mengatakan bahwa mereka mengharapkan serangan semacam ini. Dia menyebut ancaman ISIS “sangat nyata.” AS memperkirakan bahwa serangan akan terus berlanjut.

Baca Juga : ISIS Disebut Bertanggung Jawab Atas Serangan Brutal di Moskow

“Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap menghadapi serangan itu,” kata McKenzie.

Dia mengatakan AS berkoordinasi dengan Taliban terkait keamanan bandara Kabul. Dia menyatakan AS akan memburu orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan itu.

Sementara itu, misi AS akan terus berlanjut meskipun ada serangan mematikan tersebut.

Baca Juga : Serangan Udara Amerika Serikat Tewaskan 40 Warga Suriah dan Irak

ISIS mengklaim serangan bom mematikan di bandara Kabul dilakukan olehnya.

Dua pengebom bunuh diri ISIS menyerang kerumunan orang di dekat bandara Kabul. Mereka yang sedang berkumpul itu berharap bisa melarikan diri dari Afghanistan yang kini dikuasai Taliban.

Ledakan itu terjadi saat batas waktu 31 Agustus semakin dekat bagi Amerika Serikat untuk menarik pasukannya. AS dan negara-negara Barat lainnya akan segera mengakhiri pengangkutan udara besar-besaran yang telah mengevakuasi hampir 100.000 orang.

Komentar
Berita Terbaru