ABATANEWS, BANDUNG — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di delapan sekolah wilayah Pangauban, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, terpaksa berhenti sementara setelah dana operasional sebesar Rp 1 miliar milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat raib dibobol melalui modus penipuan digital.
Pemilik SPPG Pangauban Batujajar, Hendrik Irawan, menjelaskan bahwa insiden bermula saat Kepala SPPG berinisial MC hendak melakukan transaksi melalui layanan digital bank pelat merah. Namun, muncul permintaan untuk mengganti kata sandi akun.
“Kepala SPPG ditelepon di depan kita sama yang bobol rekening Rp 1 miliar itu. Dan kami pun sudah menyadari bahwa itu pelaku,” kata Hendrik, Kamis (6/11).
Baca Juga : Aliyah Mustika Ilham Hadiri Soft Launching Dapur MBG, Soroti Masalah Gizi
MC yang semula curiga justru menuruti instruksi dari nomor tidak dikenal yang ia temukan di sebuah situs, termasuk memberikan kode OTP dan data penting lainnya. Akibatnya, dana sebesar Rp 1 miliar di rekening SPPG ludes dalam hitungan waktu singkat.
“Tapi si orang ini keukeuh, dia berani bertanggung jawab dan sampai akuntan dibentak-bentak,” ujar Hendrik.
Hendrik menuturkan, kasus ini telah dilaporkan ke Bareskrim Polri dan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk ditindaklanjuti. Ia menegaskan, selama program MBG berjalan, insiden seperti ini baru pertama kali terjadi.
Baca Juga : Guru Cicipi dan Lihat Langsung Pengolahan Dapur MBG Sebelum Layani 3.200 Murid Penerima Manfaat
“Laporan ke BGN Pusat dan Bareskrim Polri. Selama MBG berjalan, hal seperti ini baru terjadi sekarang,” ucapnya.
Akibat kehilangan dana tersebut, operasional dapur MBG untuk delapan sekolah terpaksa dihentikan. Padahal, SPPG Pangauban baru resmi menjadi mitra program nasional itu sejak 26 Oktober 2025.
“Ya disetop dulu (MBG-nya) ke 8 sekolah. Kami running itu di angka 3.400 (porsi) kurang sedikit aja,” kata Hendrik.
Baca Juga : Presiden Prabowo Perintahkan Seluruh Dapur MBG Wajib Pakai Alat Sterilisasi
Bukan hanya program yang terganggu, sebanyak 53 karyawan pun kini harus dirumahkan karena kehilangan sumber penghasilan.
“53 orang itu dirumahkan dan mereka tuh menggantungkan hidupnya di MBG ini,” pungkas Hendrik.