ABATANEWS — Kematian di seluruh dunia akibat COVID-19 melampaui 5 juta jiwa yang mayoritas adalah mereka yang tidak divaksin dan juga yang terpapar varian delta yang mematikan.
Varian ini telah membawa disparitas yang luas dalam tingkat vaksinasi antara negara-negara kaya dan miskin, dan akibat dari keraguan vaksin di beberapa negara barat.
Baca Juga : Ahmad Dhani Tuai Hujatan Usai Sebut K-Pop Seperti Wabah Covid-19
Tercatat, lebih dari setengah kematian global yang dilaporkan rata-rata hanya tujuh hari terakumulasi dari Amerika Serikat, Rusia, Brasil, Meksiko, dan India.
Sementara butuh lebih dari setahun untuk jumlah kematian COVID-19 setengahnya lagi atau sekitar juta, 2,5 juta orang, menurut analisis Reuters.
Rata-rata 8.000 kematian dilaporkan setiap hari di seluruh dunia selama seminggu terakhir, atau sekitar lima kematian setiap menit. Namun, tingkat kematian global telah melambat dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga : Pemerintah Indonesia Resmi Cabut Status Pandemi COVID-19
Ada peningkatan vaksin ke negara-negara miskin, di mana banyak orang belum menerima dosis pertama. Berbanding terbalik ketika negara lebih kaya mulai memberikan suntikan booster.
Lebih dari separuh dunia belum menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, menurut Our World in Data.
Organisasi Kesehatan Dunia minggu ini mengatakan program distribusi COVAX untuk pertama kalinya, mendistribusikan suntikan hanya ke negara-negara dengan tingkat cakupan terendah.
Baca Juga : Aturan Baru Soal Covid-19: Tak Ada Lagi Kewajiban Kenakan Masker
Dipimpin bersama oleh WHO, COVAX sejak Januari telah mengalokasikan sebagian besar dosis secara proporsional di antara 140 lebih negara penerima sesuai dengan ukuran populasi.
“Untuk pasokan Oktober kami merancang metodologi yang berbeda, hanya kepada negara dengan sumber pasokan rendah,” kata Mariangela Simao, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Vaksin, dalam presentasi.