ABATANEWS – Badan Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan mengubah istilah penamaan terhadap varian virus Covid-19 dengan alfabet Yunani.
Hal itu dilakukan untuk mencegah stigmatisasi negatif terhadap suatu negara. Selama ini, varian covid-19 selalu dilekatkan dengan negara asal ditemukannya. Semisal Corona varian Inggris, India dan Brasil.
Baca Juga : Eks Kadinsos Makassar Jadi Tersangka Kasus Mark Up Bansos Covid-19
Dilansir Al Jazeera, kebiasaan memberi penamaan seperti itu bukan hal yang baru. Sejak dulu masyarakat sudah akrab dengan istilah flu Spanyol atau virus ebola. Ebola sendiri adalah nama sungai di Kongo tempat virus tersebut pertama muncul.
Namun, hal ini sering membuat stigma negatif kepada tempat tertentu. Flu Spanyol pada 1918 misalnya tidak diketahui pasti asal usulnya.
Sistem penamaan memakai alfabet Yunani ini akan berlaku pada varian baru yang menjadi perhatian WHO.
Baca Juga : RS Indonesia Dikoyak Bom Tentara Israel, WHO Minta Dunia Tak Berpangku Tangan
“Meskipun nama ilmiah ini bisa sulit untuk diucapkan dan diingat, dan rentan terhadap kesalahan pelaporan,” kata WHO dalam sebuah pernyataan.
“Karena itu, orang sering menggunakan sebutan varian berdasarkan tempat di mana mereka terdeteksi, yang menstigmatisasi dan diskriminatif.”
Empat varian virus corona yang dianggap mengkhawatirkan oleh badan PBB dan dikenal umum oleh publik sebagai varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India itu kini telah diberi huruf Alpha, Beta, Gamma, Delta sesuai urutan pendeteksiannya.
Baca Juga : Ahmad Dhani Tuai Hujatan Usai Sebut K-Pop Seperti Wabah Covid-19
Varian lain yang ditrmukan akan terus dinerikan penamaam mengikuti urutwn alfabet Yunani.
Baca Juga : Pemerintah Indonesia Resmi Cabut Status Pandemi COVID-19
“Label alfavet Yunani tidak menggantikan nama ilmiah sebelumnya, yang menyampaikan informasi ilmiah penting dan akan terus digunakan dalam penelitian,” tulis pimpinan teknis WHO Maria Van Kerkhove di akun twitternya.
WHO dalam pernyataan itu mengatakan pihaknya mendorong media dan otoritas nasional untuk mengadopsi label baru tersebut.
Pilihan alfabet Yunani dipilih setelah berbulan-bulan pertimbangan. Nama lain seperti Dewa Yunani pseudo-klasik sempat dipertimbangkan oleh para ahli, menurut bakteriolog Mark Pallen yang terlibat dalam pembahasan.
Baca Juga : Aturan Baru Soal Covid-19: Tak Ada Lagi Kewajiban Kenakan Masker
Tetapi banyak dari nama tersebut sudah menjadi merek, perusahaan, atau nama asing.
Gagasan lain untuk merujuk pada varian yang menjadi perhatian sebagai VOC1, VOC2 dll dibatalkan setelah penyebutannya menyerupai kata umpatan dalam bahasa Inggris.