ABATANEWS – Dosen dan mahasiswa banyak yang tidak masuk kampus di sejumlah universitas si Kabul, Afghanistan. Hal ini diakibatkan aturan ketat baru Taliban di ruang-ruang kelas.
Taliban mengatakan, perempuan diizinkan kuliah di universitas swasta di bawah rezim baru mereka. Tetapi mereka harus menghadapi pembatasan-pembatasan ketat terkait pergerakan dan cara berpakaian.
Mahasiswi hanya boleh masuk kelas jika memakai abaya atau gamis dan cadar atau niqab. Kelas juga harus dipisah dengan mahasiswa.
Baca Juga : Pentingnya Islam Damai, Perempuan Ini Kerap Ditakut-takuti Akhirnya Jadi Bintang Porno
“Mahasiswa kami tidak menerima ini dan kami harus menutup universitas,” jelas Direktur Universitas Gharjistan di Kabul, Noor Ali Rahmani, di kampusnya yang lengang pada Senin (6/9/2021).
“Mahasiswi kami memakai jilbab, bukan niqab,” imbuhnya, seperti dikutip dari AFP via merdeka.com, Selasa (7/9/2021).
Pada Minggu, otoritas pendidikan Taliban menerbitkan dokumen panjang berisi aturan di ruang kelas, salah satunya kelas harus dipisah antara laki-laki dan perempuan, atau setidaknya dibatasi dengan tirai jika kelas berisi 15 mahasiswa atau kurang.
Baca Juga : Taliban Izinkan Siswi Sekolah, Mahasiswi Belum
“Kami katakan kami tidak menerimanya karena itu sulit dilaksanakan,” kata Rahmani kepada AFP.
“Kami juga mengatakan ini bukan Islam yang sesungguhnya, itu bukan yang disampaikan Alquran.”
Taliban juga mengatur mahasiswi hanya boleh diajar dosen perempuan atau “dosen laki-laki sepuh” dan harus ada pintu masuk khusus perempuan. Mereka juga harus mengakhiri kuliah lima menit sebelum kelas mahasiswa agar mereka tidak berbaur di luar kelas.
Baca Juga : UNICEF: Lebih 28.500 Anak Meninggal di Afghanistan dalam 16 Tahun Terakhir
Rahmani mengatakan hanya 10 sampai 20 persen dari 1.000 mahasiswa yang mendaftar tahun lalu yang masuk pada Senin, walaupun tidak ada kelas yang dijadwalkan.
Dia memperkirakan sampai 30 persen mahasiswa telah meninggalkan Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus lalu.