ABATANEWS, JAKARTA — Direktur Indo Barometer yang juga kerap dijadikan sebagai pengamat politik, M Qodari turut mengomentari perihal isu pergantian tampuk kepemimpinan Partai Golkar.
Seperti diketahui, Partai Golkar akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) akhir tahun ini. Salah satu agendanya ialah suksesi ketua umum.
Saat ini, sudah ada 4 nama yang santer disebut bakal maju. Pertama, sang inkumben, Airlangga Hartarto. Lalu ada Bahlil Lahadalia, Bambang Soesatyo, dan Agus Gumiwang.
Baca Juga : Usung Konsep Pasar Tradisional Modern, Wapres Gibran Kunjungi Pasar Rakyat Butta Salewangang di Maros
Bahkan, diisukan pula, Joko Widodo bakal masuk dalam bursa calon ketua umum.
Namun, bagi Qodari yang selama ini dikenal sebagai pendukung fanatik Jokowi, ia menilai, eks Gubernur DKI Jakarta itu tidak tepat bila harus menjadi ketua umum partai.
Menurut Qodari, Jokowi lebih tepat berada dalam posisi seperti sekarang ini, yakni sebagai pemimpin seluruh partai politik yang ada.
Baca Juga : Perkuat Toleransi Beragama, Wapres Gibran Resmikan Penutupan Sidang Raya Ke-18 PGI di Toraja
“Di luar empat nama yang disebutkan Bamsoet, menurut saya ada satu calon yang juga sangat potensial untuk menjadi Ketum Golkar ke depan yaitu Gibran Rakabuming Raka,” ujar Qodari, melalui keterangan resmi, pada (12/3/2024).
Ada dua alasan Qodari menyatakan Gibran pantas menjadi ketua umum. Pertama, Gibran disebut sebentar lagi meninggalkan jabatannya sebagai Wali Kota Solo dan menjadi Wakil Presiden RI Periode 2024-2029.
Kedua, lanjut Qodari, Golkar selama ini identik dengan pemerintahan.
Baca Juga : Wapres Gibran Tinjau Makan Bergizi Gratis di Maros, Siapkan 800 Pax Makanan
“Partai Golkar punya kecenderungan yang sangat kuat untuk memiliki kaki, memiliki akses di pemerintahan, bukan hanya menteri tetapi juga atau bahkan wakil presiden, karena Golkar adalah partai yang ideologinya karya dan kekaryaan dan selalu berorientasi untuk menjadi bagian dari pemerintahan,” jelasnya.
Qodari juga meninjau peristiwa saat Jusuf Kalla berhasil memimpin Partai Golkar usai dilantik menjadi Wakil Presiden periode 2004-2009 lalu. Kala itu, JK lebih dulu terpilih menjadi wakil presiden lalu kemudian terpilih dalam munas Golkar.
Alasan lain, tambah Qodari, yakni Partai Golkar mestinya pro terhadap anak muda. Sebab, pemilih saat ini lebih banyak dari kalangan anak muda.
Baca Juga : Evaluasi Kebijakan Pendidikan, Wapres Gibran Soroti Zonasi Hingga Perlindungan Guru
“Partai Golkar ini adalah partai yang tua, partai besar dan kalau kita bicara mengenai pemilih pada hari ini dan pemilih di masa yang akan datang, saya kira Partai Golkar mengalami tantangan bagaimana agar partai ini bisa menjadi partai yang punya orientasi kepada anak muda dan punya tokoh yang juga berasal dari anak muda,” katanya.