ABATANEWS.COM – Ratusan ribu warga Amerika Serikat (AS) di berbagai kota secara serentak turun ke jalan. Mereka menentang kebijakan Presiden Donald Trump yang mengumumkan tarif resiprokal terhadap banyak negara dengan besaran antara 10 hingga 50 persen yang berlaku mulai 5 dan 9 April.
Para demonstran membentangkan sejumlah Spanduk berisikan penolakan. Salah satunya spanduk besar bertuliskan “HANDS OFF!” membentang di atas panggung sebuah teater terbuka tak jauh dari Gedung Putih.
“Sangat mengkhawatirkan melihat bagaimana pemerintahan ini melibas seluruh sistem checks and balances – dari lingkungan hidup hingga hak-hak pribadi,” ujar salah satu pekerja real estate yang datang dengan kostum Mother Nature, dikutip AFP, Minggu (6/4/2025).
Baca Juga : Bertemu di Malaysia, Presiden Prabowo dan Anwar Ibrahim Bahas Dampak Kebijakan Donald Trump
Penyelenggara unjuk rasa menyatakan demonstrasi nasional itu berlangsung di hampir 1.000 lokasi. Seperti kota-kota besar mulai dari Washington DC, New York, Boston, serta kota-kota lain.
Selain memprotes kebijakan Trump, massa juga menumpahkan kekesalan terhadap Elon Musk, penasihat senior Trump yang juga kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).
Elon Musk dituduh sebagai biang kerok di balik nyelenehnya kebijakan Trump. Termasuk pemecatan terhadap puluhan ribu pegawai kementerian dan badan federal dengan alasan efisiensi.
Baca Juga : Kebijakan Donald Trump Ancam PHK Massal Buruh di Indonesia
Dikutip The Guardian, Elon Musk disebut sebagai “penjahat yang sangat kejam”. Ia mampu memasuki Parlemen karena hanya memiliki kekayaan.
“Dia penjahat yang sangat kejam. Dia bahkan kurang populer dibanding Trump, dan itu masuk akal, karena dia adalah miliarder yang tidak dipilih, bahkan orang terkaya di dunia, yang berusaha menghentikan penelitian kanker dan bantuan gizi untuk anak-anak termiskin di negara ini,” kata Ezra Levin, salah satu pendiri organisasi aktivis Indivisible.