Minggu, 02 November 2025 14:13

Projo Ingin Ubah Logo, Tak Ada Lagi Jokowi

Projo Ingin Ubah Logo, Tak Ada Lagi Jokowi

ABATANEWS, JAKARTA — Organisasi relawan pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Projo, tengah bersiap memasuki babak baru. Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa Projo akan melakukan transformasi organisasi, termasuk mengganti logo agar tidak lagi terkesan mengkultuskan individu tertentu.

“Logo Projo akan kita rubah, supaya tidak terkesan kultus individu,” ujar Budi Arie di sela Kongres III Projo di Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025).

Saat ini, logo Projo identik dengan warna merah dan hitam dengan siluet wajah Presiden ke-7 Jokowi sebagai elemen utama. Namun, perubahan ini menurut Budi Arie telah mendapat dukungan dari akar rumput Projo. Ia menyebut langkah tersebut bagian dari upaya menyiapkan organisasi menghadapi tantangan baru pasca-era Jokowi.

Baca Juga : Projo Sepakati Budi Arie Jadi Ketua Projo Lagi, Herwin Wakili Sulsel untuk Bantu Susun Kepengurusan

“Kita saat ini menghadapi tantangan baru. Ini tidak mudah geopolitiknya, tantangan globalnya, dan sebagainya. Sehingga kita harus betul-betul persatuan nasional ini menjadi penting,” katanya.

Di sisi lain, Budi Arie juga meluruskan persepsi publik soal arti nama “Projo” yang selama ini dianggap singkatan dari “Pro Jokowi”. Ia menegaskan bahwa hal itu tidak benar.

Projo itu artinya negeri dan rakyat. Jadi Projo itu sendiri artinya adalah negeri dalam bahasa Sansekerta, dan dalam bahasa Jawa Kawi itu artinya rakyat,” jelasnya.

Baca Juga : Budi Arie Sowan ke Jokowi: Nggak Bahas Reshuffle, Projo Dukung Prabowo-Gibran

Ia menambahkan, anggapan bahwa Projo berarti “Pro Jokowi” muncul semata karena penyebutan yang mudah dilafalkan oleh media.
“Projo. Memang enggak ada (kepanjangannya). Cuman teman-teman media kan ya Projo, Pro Jokowi, itu kan karena gampang dilafalkan aja,” tuturnya.

Dengan langkah transformasi ini, Projo tampak ingin menegaskan eksistensinya sebagai gerakan rakyat dan kebangsaan, bukan sekadar relawan politik yang bergantung pada figur tunggal.

Penulis : Azwar
Komentar