ABATANEWS, MAKASSAR – Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman telah melaporkan mengenai produksi beras di Sulsel agar disinkronkan dengan program bantuan sembako untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
Hal itu diutarakan Andi Sudirman kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan beberapa Menteri di sela-sela rapat secara virtual bersama Kepala Daerah lainnya beberapa waktu lalu.
“Kami telah menyampaikan kepada Bapak Menko agar diberikan solusi dengan hasil pertanian beras petani,” katanya, Senin, 26 Juli 2021.
Baca Juga : Pemprov Sulsel Raih Zona Hijau dan Opini Kualitas Tertinggi atas Kepatuhan Pelayanan Publik
Andi Sudirman mengakui, bahwa terjadi peningkatan produksi hasil pertanian, salah satunya produksi beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat produksi padi pada periode Januari – April tahun 2021 meningkat. Produksi pada periode Januari – April 2021, mencapai 1.669.308 ton gabah kering giling (GKG), sedangkan produksi periode Januari – April tahun 2020 sebesar 1.182.712 ton atau mengalami peningkatan sebesar 41 persen.
Jika dikonversikan menjadi beras, maka sepanjang bulan Januari-April 2021 produksi beras mencapai 952.975 ton. Sedangkan produksi beras pada periode Januari – April 2020 yang sebesar 675.187 ton, atau mengalami peningkatan sebesar 41 persen.
Baca Juga : Pastikan Layanan Sesuai Aturan, Komisi IX DPR RI Tinjau RS Kemenkes Makassar
“Kami usulkan agar dibantu dalam mendistribusikan produksi gabah Sulsel, baik disinkronkan dengan program bagi sembako oleh Bulog untuk program bantuan sembako terdampak Covid-19, maupun Bulog kirim stok keluar provinsi. Alhamdulillah, Pak Menko sudah minta tim dari Kementerian untuk menindaklanjuti,” ungkapnya.
Olehnya itu, diharapkan dengan dukungan dari pemerintah pusat bisa membantu dalam mendistribusikan hasil pertanian. Terlebih lagi petani akan segera memasuki masa panen.
“Di Bulog Sulsel sudah penuh gudang-gudang, penggilingan juga penuh. Apalagi bulan Agustus akan ada panen lagi. Kita tidak ingin petani menjadi was-was jika panen lagi namun tidak terserap di pembeli ataupun Bulog,” pungkasnya.