Jumat, 11 Oktober 2024 12:13

Prabowo Yakin Ekonomi Indonesia Bakal Tumbuh hingga 8 Persen, Kok Bisa?

Dokumentasi pribadi Capres Nomor Urut 2, Prabowo Subianto didampingi Cawapres-nya, Gibran Raka Buming saat debat kedua KPU, Minggu malam (7/1/2024).
Dokumentasi pribadi Capres Nomor Urut 2, Prabowo Subianto didampingi Cawapres-nya, Gibran Raka Buming saat debat kedua KPU, Minggu malam (7/1/2024).

ABATANEWS, JAKARTA — Presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen selama masa pemerintahannya. Sebagai langkah strategis, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyarankan percepatan transisi energi dengan memanfaatkan energi terbarukan sebagai salah satu solusi kunci untuk mencapai target ambisius tersebut.

Menurut Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, percepatan ini tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga komitmen Indonesia terhadap Persetujuan Paris dalam mitigasi perubahan iklim.

Fabby menjelaskan bahwa transisi energi dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi melalui tiga jalur utama.

Baca Juga : Temui Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Energi Terbarukan

Pertama, diversifikasi industri energi bersih yang menciptakan peluang rantai pasok baru dan mengembangkan manufaktur teknologi energi terbarukan, seperti panel surya, turbin angin, hingga komponen kendaraan listrik.

Kedua, pengembangan infrastruktur hijau seperti transmisi listrik, jaringan pintar, dan penyimpanan energi yang dapat menarik investasi besar.

Ketiga, pengembangan ekowisata yang ramah lingkungan, seperti inisiatif Bali Net Zero Emission (NZE) 2045, yang berpotensi mengubah Bali menjadi ikon wisata berbasis energi terbarukan.

Baca Juga : Tiga Hal Yang Disampaikan Presiden Prabowo di APEC Peru

Lebih dari sekadar solusi teknis, Fabby menekankan pentingnya reformasi kebijakan untuk membuka peluang investasi dalam energi terbarukan. Ia menyoroti tiga langkah reformasi utama, yakni penghapusan subsidi energi fosil, penetapan harga karbon yang efektif, serta peningkatan pembiayaan hijau melalui instrumen seperti green bond. Selain itu, kerja sama internasional dengan negara-negara pemimpin teknologi bersih juga dinilai krusial dalam mempercepat alih teknologi dan pendanaan.

IESR juga menekankan pentingnya keadilan dalam proses transisi energi. Menurut Fabby, transisi energi yang inklusif harus mampu mengurangi kesenjangan ekonomi dan memastikan manfaatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir pihak.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan langkah konkret, Indonesia tidak hanya akan mencapai target pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memainkan peran kunci dalam peta energi bersih global.

Penulis : Wahyuddin
Komentar