ABATANEWS, MAKASSAR – Perusahaan pengolahan rumput laut Oceva Indonesia berencana membangun pabrik pengelolaan rumput laut di Sulsel. Perusahaan nasional yang bergerak di industri hilirisasi hasil laut itu akan menargetkan investasi dalam waktu enam bulan ke depan.
Founder Oceva, Fahrana Amelia Lubis, menjelaskan bahwa rencana investasi ini merupakan bagian dari inisiatif strategis perusahaan yang telah dikembangkan sejak tahun lalu. Wilayah Sulsel dipilih karena menjadi salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia.
“Ini kan salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia. Sekitar 65 persen rumput laut nasional diproduksi di Sulawesi Selatan. Itu sebabnya Makassar menjadi pilihan pilot project hilirisasi rumput laut ini,” katanya dalam pertemuan dengan Sekda Sulsel, Jufri Rahman beberapa hari lalu.
Baca Juga : Gelar Aksi Penanaman Pohon Serentak, Komitmen Hijaukan Lingkungan
Ia mengatakan, dampak terhadap masyarakat jika pabrik ini berjalan adalah untuk pemerataan sirkulasi ekonomi. Pabrik ini juga akan mendorong sirkulasi pemerataan kekayaan yang tidak hanya industri saja yang mendapat benefit.
Tapi juga masyarakat, dan petani rumput laut melalui sistem yang akan berkeadilan. Bahkan, jika proyek ini berjalan sukses, Oceva berencana memperluas pengembangan industri rumput laut ke provinsi lain di Indonesia.
Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Jufri Rahman mengatakan proses investasi ini membutuhkan dukungan resmi dari pemerintah provinsi. Maka harus diawali dengan nota kesepahaman (MoU) yang mengatur hak dan kewajiban para pihak.
Baca Juga : Wakil Gubernur Sulsel Hadiri ICI 2025, Pemerintah Pusat Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Infrastruktur
“Selanjutnya akan diterbitkan surat dukungan yang ditandatangani oleh kepala daerah,” ujar Jufri Rahman.
Jufri menyarankan Takalar sebagai lokasi utama pembangunan pabrik tersebut. Mengingat kabupaten ini merupakan salah satu sentra produksi rumput laut terbesar di Sulsel.
“Mereka membutuhkan lahan minimal 11 hektare. Saya sudah sarankan Takalar karena dekat dengan sumber bahan baku, sehingga bisa menekan biaya mobilisasi,” ungkapnya.