ABATANEWS, MAKASSAR – Menuju 100 tahun kemerdekaan Indonesia perlu dipersiapkan dengan baik pembangunan nasional di sektor perikanan. Untuk itu, Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) mencanangkan Perikanan Emas 2045 dengan melakukan kajian dan pembahasan mendalam untuk menghasilkan suatu rumusan sebagai kontribusi pemikiran bagi keberhasilan pembangunan jangka panjang nasional di sektor perikanan.
Mengulang sukses Webinar Menuju Perikanan Emas 2045 sebelumnya, ISPIKANI kembali menggelar kegiatan serupa, yaitu Seminar Nasional Menuju Perikanan Emas 2045, Sabtu (20/8/2022), di Gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Bedanya, ini kali pertama setelah pandemi diadakan seminar secara hybrid dengan kegiatan luring yang cukup besar yang diikuti peserta berjumlah banyak dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, sekaligus diikuti juga peserta daring yang banyak pula. Kegiatan hari ini membuat sejarah baru ditambah dengan para narasumber ahli yang hebat.
Selain itu, jika pada webinar sebelumnya dibahas pengelolaan sub sektor pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, kali ini ISPIKANI membahas tema yang berbeda, yakni investasi, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan perikanan terukur. Kegiatan kali ini merupakan seminar kedua dari enam seri, yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat ISPIKANI bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan UNHAS.
Baca Juga : Unhas Beri Sanksi Dosen Yang Terbukti Lakukan Pelecehan Seksual Terhadap Mahasiswi
Sekretaris Jenderal ISPIKANI Kusdiantoro saat membuka dan memberikan sambutan mengatakan, saat ini pengelolaan perikanan akan memasuki pembangunan jangka panjang yang kedua setelah beeakhir RPJP tahun 2024. Periodeisasi pembangunan nasional adanya transformasi GBHN menjadi RPJP sebagai arah dan panduan pembangunan. Kemudian adanya bonus demografi dimana penduduk usia produktif mendominasi sehingga perlu kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk pembangunan 20 tahun ke depan.
“Kita ini kadang-kadang hanya berbicara yang sifatnya jangka pendek, lupa padahal yang jangka panjang sifatnya konseptual. Hari ini kita coba bicara bagaimana membangun sebuah periodesasi pembangunan perikanan. Negara Indonesia sudah 100 tahun nanti di Tahun 2045. Perikanan pun sebenarnya sudah cukup panjang perjalannya. Nah ini perlu adanya terobosan pemikiran dengan adanya seminar ini untuk membuat suatu pemikiran bersama dengan para stakeholder perikanan untuk membuat cetak biru perikanan nasional yang kita beri tajuk Perikanan Emas 2045. Kenapa kita membuat ini karena sebentar lagi habis masa pembangunan jangka panjang pertama pasca reformasi di tahun 2024. Jadi perlu ada estafet pembangunan jangka panjang yang perlu kita rumuskan secara bersama,” ujarnya.
Kusdiantoro melanjutkan, adanya perubahan wajah dunia dengan beragam isu seperti krisis pangan (konflik, cuaca ekstrem, efek domino covid, wabah penyakit), peningkatan jumlah penduduk dunia, proteksionalisme pangan, digitalisasi sistem, dan perubahan perilaku masyarakat.
Baca Juga : Andi Sudirman Raih Penghargaan ‘Alumni Fakultas Teknik’, Rektor Unhas: Selamat Pak Gub
Undang-Undang Perikanan (No.31/2004 jo No.45/2009) dimana terdapat tujuan pengelolaan perikanan antara lain meningkatkan taraf hidup, penerimaan dan devisa, kesempatan kerja, ketersediaan dan konsumsi ikan, produktivitas, mutu, nilai tambah, daya saing, bahan baku, optimalisasi pemanfaatan lahan, lingkungan Sumber Daya Ikan (SDI), dan menjamin kelestarian SDI. Di samping itu, harus dijaga keberlanjutannya, tuturnya.
Tren produksi perikanan dunia dan Indonesia, dahulu sekitar tahun 1970-an perikanan tangkap menjadi dominan. Akan tetapi, 30 tahun terakhir telah terjadi pergeseran dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya. Saat ini perikanan budidaya sudah mendominasi lebih dari 50%. Ekspor produk perikanan budidaya masih didominasi komoditas udang, sementara komoditas cumi, kepiting, dan lain-lain masih berasal dari alam. Selanjutnya, hilirisasi produk perikanan (kebutuhan dan trend pasar dunia dan domestik) sebagai basis produksi, pembukaan dan penetrasi pasar baru dunia, dan inovasi beragam produk berbahan baku ikan dan biota laut lainnya, ujarnya.
Kusdiantoro berharap melalui diskusi ini bisa menghasilkan suatu rumusan yang akan dijadikan bahan dalam proses penulisan buku Perikanan Emas Tahun 2045 dan berkarya untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional di sektor perikanan. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan masukan-masukan yang menguatkan sehingga menjadi suatu momentum dalam mencetakan blue print tahun 2045. Rumusan diskusi selanjutnya disampaikan kepada pihak terkait sebagai bagian dari suatu pemikiran dalam proses perencanaan jangka panjang nasional hingga tahun 2045.
Baca Juga : Unhas Siapkan Kurikulum Ekonomi Biru, Menteri Trenggono Dorong Mahasiswa Jadi Agen Perubahan
Hadir sebagai keynote speaker Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti yang berbicara mengenai kebijakan penguatan daya saing memperkuat pangsa pasar dalam negeri dan ekspor. Menurutnya, peningkatan posisi politis ikan sebagai sumber protein hewani utama nasional. Di samping itu kebijakan holistik terintegrasi hulu sampai hilir, sinergitas dan komunikasi efektif penta helix, peningkatan skala usaha dan efisiensi melalui zonasi, penerapan prinsip mutu, keamanan pangan dan ketertelusuran di sepanjang rantai pasok, penguatan kapasitas pelaku usaha UMKM, fasilitas sarana dan prasarana tepat guna, sertifikasi yang efektif dan efisien, penguatan hilirisasi untuk peningkatan perolehan nilai tambah di dalam Negeri, implementasi program bangga buatan Indonesia dan Penguatan Ekspor berkelanjutan secara bertanggung jawab.
Narasumber lain, Rijal M. Idrus mewakili Rektor UNHAS berbicara mengenai peran UNHAS dalam menghasilkan inovasi dan SDM yang andal menuju Indonesia Emas. Menurutnya, ada tiga tantangan utama menuju Perikanan Emas 2045 yaitu menjadi produsen yang disegani, mengambil manfaat dari kemajuan teknologi, dan menyiapkan SDM masa depan.
Narasumber lainnya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel Muhammad Ilyas berbicara mengenai konsep pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Provinsi Sulsel menuju Perikanan Emas 2045; dan Direktur Operasional PT. Perikanan Indonesia, Fajar Widisasono berbicara mengenai Peluang dan Tantangan Perikanan Emas 2045.
Baca Juga : Indeks Risiko Bencana di Sulsel Tertinggi di Kabupaten Luwu
Sebagai informasi, ISPIKANI adalah organisasi profesi di bidang perikanan, yang didirikan pada tanggal 12 Mei 1984. Organisasi ini dibentuk sebagai forum silaturahmi antar sarjana perikanan sehingga mampu memberikan kontribusi pemikiran terhadap kemajuan pembangunan perikanan di Indonesia. Wadah ini lahir sebagai bentuk menggalang potensi segenap sarjana perikanan guna menjadi penggerak pembangunan nasional.
Di sini ISPIKANI hadir membuat suatu perencanaan jangka panjang yang disebut “Perikanan Emas”, dan melahirkan blue print pembangunan perikanan sebagai penjuru dan legacy untuk masa depan serta membawa solusi dan mengedepankan profesionalitas untuk bersama pemerintah dan stakeholder perikanan lainnya untuk memajukan sektor ini. ISPIKANI bertekad untuk turut serta dalam memajukan, mengembangkan dan mengamalkan ilmu perikanan untuk kepentingan pembangunan perikanan nasional.