ABATANEWS, MAKASSAR — Bentuk penipuan keuangan yang berkedok Investasi padahal bodong atau palsu sangat marak akhir-akhir ini.
Kondisi ini membuat semua pihak prihatin tak terkecuali lembaga atau organisasi yang bergabung dalam Tim Satgas Waspada Investasi (SWI) Daerah Sulawesi Selatan, masing masing yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Diskominfo-SP Sulsel, Polda Sulsel dan lain sebagainya.
Tim SWI Sulsel yang dimotori oleh Otoritas Jasa Keuangan Sulampapua menyelenggarakan sosialisasi kepada masyarakat di Pinrang untuk mewaspadai penipuan berkedok investasi.
Baca Juga : Pemerintah Pusat Sebut Penanganan Stunting di Sulsel Masuk Kategori Berdaya
Tampil sebagai pemateri masing masing: Kepala OJK regional 6 Sulampapua Darwisman, Kepala Bidang Aplikasi dan Informatika Diskominfo-SP Sulsel Sultan Rakib, Kepala Unit 2 sub Ditreskrimsus Polda Sulsel AKP Kamaluddin.
Acara ini dibuka oleh Bupati Pinrang yang diwakili asisten perekonomian dan pembangunan Abdul Rahman Mahmud.
Dalam pemaparannya Kepala OJK Regional 6 Darwisman mengatakan, bahwa dirinya menganalogikan bahwa investasi online bodong saat ini sama jenisnya investasi kosping era tahun 1990-an silam di Kabupaten Pinrang.
Baca Juga : Pemprov Sulsel Raih Zona Hijau dan Opini Kualitas Tertinggi atas Kepatuhan Pelayanan Publik
“Makanya masyarakat jangan percaya dan selalu siap menginvestasikan dananya di investasi bodong. Itu sama dulu ya di sini Kospin. Itu sama pak ibu,” ujar Darwisman, Selasa, (22/8/2023).
Dalam kesempatan itu, Darwisman menyampaikan ada beberapa ciri lembaga atau perusahaan investasi online. Salah satunya adalah yang memiliki izin OJK. Saat ini hanya 102 perusahaan investasi online yang dibawah pengawasan OJK, dan kenyataannya sebanyak 3.000 an jasa investasi bodong beredar.
Sementara itu, Sultan Rakib Kabid Aplikasi dan Informatikan DiskominfoSP Sulsel mengatakan, bahwa yang membuat masyarakat gampang tergiur investasi bodong karena bertemunya tiga titik.
Baca Juga : Pastikan Layanan Sesuai Aturan, Komisi IX DPR RI Tinjau RS Kemenkes Makassar
Titik pertama adalah kemajuan dan akselerasi transformasi digital, titik kedua adalah gaya masyarakat yang selalu mau kelihatan “wah”, dan titik ketiga adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang literasi digital termasuk literasi digital keuangan.
“Harus waspada sekarang. Pelaku kejahatan tipu tipu gampang memasuki hp bapak ibu. Bersikap bijaklah dalam menggunakan sosial media, jangan biarkan jempol kita mengalahkan pikiran kita,” imbau Sultan Rakib