Oleh; Usman Lonta (Anggota DPRD Provinsi Sulsel-Fraksi PAN)
SEBUAH cerita imajinatif menggambarkan betapa sadisnya kezaliman raja hutan jika semua kelompok tidak saling peduli dan bahu membahu dalam menegakkan keadilan dan meluluhlantahkan kezaliman.
Suatu ketika lewatlah sekelompok rusa di tengah hutan belantara. Melihat ada kawanan rusa, singa dengan sigapnya menerkam dan menghabisi rusa-rusa tersebut.
Melihat perilaku raja hutan yang sangat zalim tersebut, segerombolan kerbau berkata kepada kelompoknya, mari kita bantu rusa-rusa itu, tapi sebagisn besar dari kelompok kerbau mengatakan bahwa tidak usah membantu mereka, tidak usah ambil pusing, mereka kan bukan kelompok kita, alhasil dengan cuek sekelompok kerbau ini, membuat singa semakin ganas menghabisi kelompok rusa tersebut.
Setelah rusa habis, barulah singa ini memulai aksinya untuk memangsa kelompok kerbau, kelompok kerbau ini baru tersadar, tapi sudah terlambat. Mereka juga diterkam satu persatu oleh raja hutan.
Di tengah keganasan tersebut, muncullah segerombolan sapi, mereka ada keinginan untuk membantu kerbau agar kesewenang wenangan singa bisa berakhir, namun mayoritas kelompok sapi ini berpandangan bahwa, biarlah mereka dihabisi, toh bukan kelimpok kita. Dalam kondisi tidak ada kepedulian untuk menekan kesewenang-wenangan raja hutan tersebut, maka raja hutan ini semakin ganas menghabisi kawanan sapi.
Demikianlah kezaliman akan tumbuh subur, jika tidak ada kelompok penekan, membiarkan kesewenang-wenangan berjalan secara sempurna. Cerita di atas bisa menjadi ibrah dalam kehidupan manusia.
Manusia meskipun diciptakan dalam berbangsa bangsa, bersuku suku, berjenis kelamin laki laki dan perempuan, tidak seperti binatang yang variannya banyak, sehingga binatang yang paling kuat bisa menindas binatang yang lemah.
Meskipun manusia diciptakan dari jenis yang sama, tetap ada potensi bagi yang kuat, yang memiliki sumber daya lebih dari manusia lain, apakah sumber daya ekonomi, sumber daya kekuasaan, sumber daya politik, dan lainnya. Semua ini berpotensi untuk menindas kaum yang lemah, kelompok mustad’afin.
Dalam situasi seperti ini harus ada kelompok penekan agar, manusia tidak sewenang wenang seperti raja hutan tersebut. Kelompok penekan ini dalam basaha alqur’an yang disebut segolongan umat yang mecegah terjadinya kemungkaran, kezaliman, kesewenang wenangan, dan sekaligus berperan untuk menegakkan kebajikan, keadilan, kebebasan, sehingga tumbuh kehidupan yang harmoni.
Wallahu ‘a’lam bishawab,
Sungguminasa, 5 Mei 2023