ABATANEWS, MAKASSAR – Festival literasi terbesar di Indonesia Timur, Makassar International Writers Festival (MIWF) 2022, kembali hadir. Festival ini, akan teaksana pada 23 sampai 26 Juni 2022 dengan mengangkat tema “Awakening”.
Salah satu komitmen terbaru festival adalah ikut aktif merespons krisis iklim. Dengan mendeklarasikan diri sebagai kegiatan publik rendah karbon.
“Tahun ini kita naik kelas untuk komitmen lingkungan, yakni mendeklarisikan MIWF sebagai kegiatan yang rendah karbon,” Direktur MIWF Lily Yulianti Farid dalam keterangan tertulisnya diterima Kamis (23/6/2022).
Baca Juga : Sejak 2021 hingga 2023, KLHK Catat 90 Spesies Baru Ditemukan di Indonesia
Ini artinya kata Lily semua emisi yang diproduksi dapat dikontrol oleh festival dan akan catat. Kemudian, produksi emisi ini akan dibayar atau dikenal dengan istilah “carbon offset”.
“Emisi karbon yang diukur berasal dari aktivitas transportasi, seperti jejak karbon dari penerbangan para penulis. Pada tahun 2019 kami sudah juga berkomitmen sebagai festival nirsampah, tahun ini Nirsampah dan rendah karbon,” jelas Lily.
Lebih lanjut, Lily menyebutkan, ada satu tim terlatih yang memberi sumbangan ilmu dan pengetahun untuk menghitung emisi. Kemudian dari hasil pencatatan itu akan dilakukan “carbon offset” melalui penanaman pohon mangrove.
Baca Juga : Penampakan Jutaan Ton Sampah di Pantai Guatemala Jadi Sorotan
“Saya kira kita akan menjadi satu dari sedikit festival di Indonesia yang telah memikirkan prinsip-prinsip iklim di dalam produksi kegiatan,” jelas Lily.
Nantinya, MIWF juga menyiapkan kelas edukasi selama empat hari berturut-turut tentang cara merancang kegiatan publik yang lebih ramah lingkungan. MIWF berharap, ide seperti ini bukan menjadi kegiatan yang hanya dikerjakan oleh segelintir orang.
“Idealnya, nilai seperti ini menjadi standar untuk kegiatan-kegiatan publik. Mengutamakan pertukaran pengetahuan dan penguatan jejaring,” paparnya.
Baca Juga : Penampakan Jutaan Ton Sampah di Pantai Guatemala Jadi Sorotan
Sementara itu, pihaknya mengakui bahwa kegiatan ini diadakan di tengah masa transisi, saat berbagai aspek kehidupan belum sepenuhnya pulih. MIWF juga mencoba berbenah, setelah dihantam pandemi 2,5 tahun.
Dengan demikian, keputusan mengadakan festival dengan format hybrid yang jadi pilihan, dengan mengutamakan pertukaran penguatan jejaring. Selain sponsor utama, Direktorat Kebudayaan, Kemendikbud dan The Bodyshop, MIWF bekerja sama dengan puluhan penerbit dan komunitas, termasuk 19 komunitas literasi yang tersebar di Sulsel dan Sulbar.
Sementara, terkait tema, Lily menyebutkan Awakening yang secara harfiah artinya terbangun atau tersadar, identik dengan hadirnya pemahaman baru, pikiran baru, dan juga tekad dan cara pandang atau cara hidup yang baru setelah kita banyak belajar dari momentum pandemi Covid-19.
Baca Juga : Penampakan Jutaan Ton Sampah di Pantai Guatemala Jadi Sorotan
“Tentu saja, semua orang punya momentum awakeningnya sendiri-sendiri, prosenya berbeda-beda, dan mari kita saling berbagi dan saling menguatkan saat kita menjalani dan mengalami momentum awakening ini,” ujar Lily.
MIWF menghadirkan penulis dan pembicara dari Korea Selatan, Australia, Singapura, India, Malaysia, and Indonesia. Salah satu pembicara, Bora Chung (Korea Selatan), adalah penulis kumcer berjudul Cursed Bunny – karya ini masuk dalam daftar nominasi pendek International Booker Prize 2022, salah satu penghargaan sastra bergengsi dunia.
Dari Indonesia, selain kehadiran emerging writers dari berbagai daerah di Indonesia Timur, hadir pula penulis perjalanan Agustinus Wibowo, peneliti dan jurnalis Makassar Eko Rusdianto, hingga musisi dan pencipta lagu Rara Sekar.
Baca Juga : Penampakan Jutaan Ton Sampah di Pantai Guatemala Jadi Sorotan
Daftar program lengkap festival yang berlangsung 23-26 Juni dan berpusat di Rumata’ Artspace di Kawasan Gunung Sari, Makassar. Ini dapat diakses di www.makassarwriters.com atau di Instagram @makassarwriters.