ABATANEWS, JAKARTA — Hari ini, 26 Desember 2024, menandai 20 tahun sejak bencana dahsyat tsunami melanda Aceh pada tahun 2004. Peristiwa tragis ini dimulai dari gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter di lepas pantai barat Sumatera yang terjadi pada pukul 07.59 WIB, memicu gelombang tsunami setinggi hingga 30 meter.
Gelombang raksasa ini menghancurkan pesisir Aceh dan wilayah lain di sekitar Samudra Hindia, menelan korban lebih dari 230.000 jiwa di 14 negara. Indonesia menjadi negara paling terdampak dengan lebih dari 170.000 korban meninggal dunia.
Tsunami ini tak hanya membawa kehancuran fisik, tetapi juga dampak ekonomi dan sosial yang sangat besar. Sektor perikanan dan pertanian yang menjadi penopang kehidupan masyarakat hancur total.
Baca Juga : SBY-Prabowo Silaturahmi dengan Ulama Aceh Sekaligus Kenang Tragedi Tsunami 2004
Ribuan hektar sawah rusak akibat air laut, sementara nelayan kehilangan kapal dan alat tangkap mereka. Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai miliaran dolar, meskipun bantuan global dalam jumlah besar turut mempercepat proses pemulihan.
Salah satu kisah mencengangkan dari bencana ini adalah keberadaan Kapal PLTD Apung yang terseret sejauh 5 kilometer ke daratan.
Kini kapal ini menjadi monumen peringatan yang mengingatkan masyarakat akan kedahsyatan peristiwa tersebut.
Baca Juga : Gempa Magnitudo 7,2 di Laut Banda Picu Tsunami Kecil
Selain itu, Masjid Rahmatullah di Lampuuk yang tetap berdiri kokoh di tengah kehancuran menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi masyarakat Aceh.
Bencana ini juga memicu respons internasional yang luar biasa. Negara-negara di seluruh dunia bersatu memberikan bantuan kemanusiaan dalam bentuk makanan, obat-obatan, hingga tenaga sukarelawan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut tragedi ini sebagai salah satu bencana dengan bantuan global terbesar dalam sejarah, memperlihatkan solidaritas dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga : 3 WNI Jadi Korban Gempa Magnitudo 7,7 di Turki, Kini Dirawat di Rumah Sakit
tsunami Aceh mengajarkan pelajaran berharga tentang pentingnya mitigasi bencana. Pemerintah Indonesia mendirikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 2008 dan menerapkan sistem peringatan dini tsunami di wilayah rawan bencana.
Upaya edukasi tentang mitigasi bencana juga telah masuk dalam kurikulum sekolah, membekali generasi muda Aceh dengan pengetahuan dan keterampilan menghadapi tantangan alam di masa depan.
Dua dekade setelah tragedi ini, masyarakat Aceh terus mengenangnya melalui doa bersama, kunjungan ke makam massal, dan berbagai kegiatan seni.
Baca Juga : Ratusan Meninggal Akibat Gempa Magnitudo 7,7 di Turki, Italia Keluarkan Peringatan Tsunami
Tragedi ini tak hanya menjadi peristiwa sejarah, tetapi juga warisan pelajaran bagi dunia tentang kekuatan solidaritas, kesiapsiagaan, dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana.