ABATANEWS, JAKARTA — Ketegangan di Semenanjung Korea terus memanas seiring dengan langkah terbaru Korea Utara yang menerbangkan balon berisi sampah ke wilayah Korea Selatan.
Balon-balon ini, yang membawa kertas bekas, potongan kain, dan puntung rokok, dianggap sebagai respons terhadap aksi aktivis Korea Selatan yang mengirim selebaran propaganda anti-Pyongyang ke Utara.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyebutkan bahwa balon-balon tersebut bisa terbawa angin hingga ke wilayah utara Seoul, ibukota Korea Selatan, dikutip dari BBC, pada Ahad (11/8/2024).
Baca Juga : Mantan Presiden Korsel Jadi Tersangka Suap Lantaran Bantu Menantunya Dapat Kerjaan
Menyikapi ancaman ini, pemerintah setempat, termasuk Balai Kota Seoul dan provinsi Gyeonggi, telah mengeluarkan peringatan kepada warga untuk berhati-hati dan melapor kepada pihak berwenang jika mereka menemukan balon yang mencurigakan.
Meskipun belum ada laporan mengenai cedera atau kerusakan properti, kampanye perang psikologis ini telah menambah ketegangan yang sudah memburuk antara kedua negara.
Sejak akhir Juli, Korea Utara dilaporkan telah menerbangkan lebih dari 2.000 balon menuju Selatan, yang menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di kawasan perbatasan, termasuk di kompleks kepresidenan Korea Selatan.
Baca Juga : Korea Utara Nyatakan Siapa Perang dengan Siapapun
Situasi ini mencerminkan meningkatnya ketegangan dalam hubungan Korea Selatan dan Korea Utara, yang telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir akibat percepatan program senjata nuklir dan rudal Korea Utara.
Ancaman verbal dari Pyongyang terkait konflik nuklir dengan Washington dan Seoul semakin memperkeruh situasi.
Sebagai respons, Korea Selatan, bersama dengan Amerika Serikat dan Jepang, telah memperkuat latihan militer gabungan mereka, menyiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang semakin nyata.
Baca Juga : Marak Kasus Penusukan Brutal di Korea Selatan, KBRI Seoul Imbau WNI Waspada
Para ahli memperkirakan ketegangan ini bisa mencapai puncaknya pada akhir bulan ini, saat Korea Selatan dan Amerika Serikat memulai latihan militer tahunan mereka yang ditingkatkan untuk menanggapi ancaman nuklir dari Korea Utara.