ABATANEWS, JAKARTA – Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta masuk kembali masuk sebagai kota Termacet di dunia. Bahkan, peringkat kemacetan di dunia naik berdasarkan data dari Global Traffic Scorecard 2024 yang merupakan perusahaan analisis data lalu lintas asal Amerika Serikat.
Dalam studinya, Jakarta naik peringkat. Atahun lalu, dari sebelumnya menduduki nomor 10 kota termacet di dunia. Di tahun ini, INRIX mencatat Jakarta menduduki peringkat ketujuh kota termacet di dunia.
Dalam satu tahun setiap pengendara kehilangan waktu 89 jam karena kemacetan. INRIX mencatat kecepatan rata-rata di pusat kota Jakarta hanya 13 mil per jam atau 20 km/jam.
Baca Juga : Turis Malaysia Beri Rating Jelek Tentang Jakarta, Netizen Indonesia Geram
Global Traffic Scorecard 2024 dari INRIX ini mencakup data dan tren transportasi di antara 946 wilayah perkotaan yang dianalisis di seluruh dunia.
“Lalu lintas juga dapat dilihat sebagai barometer bagi perekonomian. Pergerakan orang, barang, dan jasa menciptakan permintaan untuk perjalanan darat, tetapi ketika permintaan melebihi pasokan ruang jalan, hal itu mengakibatkan kemacetan. Ini berarti bahwa meskipun kemacetan lalu lintas berdampak negatif terhadap perekonomian, itu merupakan gejala aktivitas ekonomi,” tulis INRIX dalam laporannya.
“Metodologi terbaru kami mencakup estimasi akurat jarak perjalanan menggunakan perjalanan aktual yang diamati. Tidak seperti perhitungan lain yang mengasumsikan jarak tertentu atau merangkum semua jalan di suatu wilayah, Global Traffic Scorecard 2024 menggunakan perhitungan yang tepat untuk menentukan rute perjalanan yang paling populer dan kecepatan perjalanannya, yang mencerminkan pengalaman komuter pada umumnya di jalan raya,” sebutnya.
Baca Juga : Keppres Jokowi Jadi Penentu Jakarta Bukan Ibu Kota Negara Lagi
Global Traffic Scorecard 2024 menilai waktu yang dihabiskan pengendara dengan menganalisis data kecepatan saat lalu lintas sibuk dan kecepatan saat lalu lintas kosong di koridor dan subarea komuter tersibuk sebagaimana diidentifikasi dari pola asal dan tujuan yang unik untuk area tersebut.
“Dengan kata lain, ini adalah perbedaan antara mengemudi selama jam komuter versus mengemudi di malam hari dengan lalu lintas yang lowong,” pungkasnya.