ABATANEWS, JAKARTA — Hari kemenangan yang seharusnya dirayakan dengan suka cita berubah menjadi tragedi di Gaza. Pada Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi, puluhan warga Palestina kehilangan nyawa akibat serangan Israel yang menghantam tenda dan rumah penduduk.
Melansir Al Jazeera, serangan udara Israel terjadi pada Minggu (30/3/2025) dini hari, menargetkan area pemukiman saat warga Palestina tengah merayakan Idul Fitri. Pejabat Palestina melaporkan bahwa setidaknya 64 orang tewas, termasuk anak-anak di bawah umur.
Serangan ini tidak hanya menambah daftar panjang korban jiwa, tetapi juga memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Pada hari yang sama, Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) menemukan delapan mayat petugas medis, lima pekerja pertahanan sipil, dan seorang karyawan PBB. Mereka menjadi korban seminggu sebelumnya setelah kendaraan mereka terkena tembakan Israel di dekat Rafah, Gaza selatan.
Baca Juga : Rencana Prabowo Relokasi Warga Gaza ke RI, MUI: Untuk Apa Ikut-ikutan AS dan Israel?
Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengecam keras serangan tersebut. “Insiden yang menghancurkan ini merupakan satu-satunya serangan paling mematikan terhadap pekerja kami sejak 2017,” demikian pernyataan resmi IFRC.
Serangan ini terjadi setelah kegagalan gencatan senjata yang sebelumnya disepakati pada Januari 2025. Israel mengklaim melanjutkan operasi militernya karena Hamas menolak membebaskan tawanan serta menolak perubahan dalam perjanjian gencatan senjata. Akibatnya, situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, diperparah dengan dihentikannya pengiriman bantuan oleh Israel.
Jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan dari Deir el-Balah bahwa banyak warga Gaza kesulitan mendapatkan makanan. “Masyarakat Palestina seharusnya bisa menikmati makanan istimewa saat Idul Fitri, tetapi hari ini mereka bahkan kesulitan mendapatkan satu kali makan,” ujarnya.
Baca Juga : PMI dan Mitra Hadirkan Klinik Berjalan Bantu Kesehatan Warga Gaza Utara
Dengan meningkatnya jumlah korban dan kondisi kemanusiaan yang semakin kritis, tekanan internasional terhadap Israel kian menguat. Namun, hingga kini, solusi jangka panjang untuk menghentikan kekerasan di Gaza masih belum terlihat.