Minggu, 06 Maret 2022 13:19

Israel Jadi Juru Damai Rusia-Ukraina, Ingin Selamatkan Warga Yahudi yang Terjebak

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett selama pertemuan di Rusia, pada Sabtu (5/3/2022). (Foto: REUTERS)
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett selama pertemuan di Rusia, pada Sabtu (5/3/2022). (Foto: REUTERS)

ABATANEWS – Israel menawarkan diri menjadi ‘juru damai’ atau mediator atas konflik Rusia dengan Ukraina.

Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett bahkan sudah menggelar rapat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow, pada (5/3/2022) waktu setempat, untuk membahas krisis ini.

Bahkan, usai rapat dengan Putin, Bennett langsung menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

Baca Juga : Rumah PM Israel Benjamin Netanyahu Dilempari 2 Granat

Pertemuan Bennett dengan Putin berlangsung selama kurang lebih 3 jam, seperti melansir Reuters. Bennett juga sempat menyinggung warga Yahudi yang terjebak di Ukraina atas konflik ini.

Selain itu, Israel juga rencananya akan mengirimkan tim medis ke Ukraina pada pekan depan. Negara yang juga kerap menganggu Palestina tersebut bakal membangun sebuah rumah sakit darurat untuk merawat para pengungsi.

Kendati demikian, dikabarkan banyak pihak yang ragu, Israel bakal berhasil menjadi juru damai antara Rusia dan Ukraina.

Baca Juga : Milisi Irak Luncurkan 3 Serangan Drone ke Israel

Perdana Menteri Bennett mengatakan pihaknya berusaha berkoordinasi dengan Amerika Serikat, Prancis dan Jerman untuk mengatasi krisis di Ukraina. Usai menemui Putin, Bennett akan bertolak ke Jerman untuk menemui Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Sebelumnya Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah melakukan pembicaraan dengan Bennett sebelum dia menemui Putin untuk menyampaikan apa saja yang harus dibahas oleh Bennett dengan Presiden Putin dalam rapat Sabtu kemarin.

“Mereka akan terus berkomunikasi agar dilakukan gencatan senjata dan berkoordinasi dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz,” demikian keterangan Kepresidenan Prancis.

Komentar