ABATANEWS, JAKARTA — Donald Trump akan kembali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 pada Senin, 20 Januari 2025, di Gedung Kongres AS (US Capitol).
Pelantikan ini bukan hanya menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih setelah menjabat pada periode 2017-2021, tetapi juga menjadi momen unik dalam sejarah politik Amerika Serikat.
Prosesi pelantikan yang akan dimulai pukul 12.00 waktu setempat mengikuti tradisi panjang sejak era George Washington pada 1789.
Baca Juga : Bila Sudah Resmi Jadi Presiden AS, Donald Trump Akan Tumpas LGBT
Rangkaian acara ini dirancang tidak hanya untuk mengukuhkan pemimpin baru, tetapi juga untuk menampilkan simbolisme transisi kekuasaan secara damai dan seremonial, sesuai tradisi demokrasi AS.
Menurut Komite Bersama Kongres untuk Upacara Peresmian (JCCIC), prosesi dimulai dengan pendampingan Presiden yang akan mengakhiri masa jabatannya bersama Presiden terpilih menuju Gedung Kongres.
Dalam momen ini, simbol kehormatan militer dan sipil akan mengiringi mereka, memperlihatkan penghormatan pada transisi kekuasaan.
Baca Juga : Trump Rencana Deportasi Imigran Ilegal dengan Kerahkan Tentara Amerika Serikat
Trump akan mengambil sumpah jabatan di bagian barat Gedung Kongres, sebuah lokasi yang menyimpan sejarah panjang pelantikan presiden AS.
Pidato pelantikannya menjadi sorotan, mengingat tradisi presiden baru menggunakan momen ini untuk menyampaikan visi besar kepemimpinannya di hadapan bangsa.
Usai pelantikan, Presiden sebelumnya akan meninggalkan Gedung Kongres secara seremonial, menandai akhir masa jabatannya.
Baca Juga : Prabowo Beri Selamat Atas Terpilihnya Kembali Donald Trump Jadi Presiden AS
Trump kemudian akan melanjutkan agenda resmi pertamanya, termasuk penandatanganan dokumen penting, diikuti dengan jamuan makan siang resmi dan parade seremonial menuju Gedung Putih.
Parade ini akan melibatkan pasukan militer, marching band, serta kendaraan hias, menjadi simbol perayaan bagi rakyat Amerika.
Dengan tradisi yang terjaga dan nuansa sejarah yang kental, pelantikan ini menjadi momen penting yang tak hanya menyoroti kembalinya Trump, tetapi juga mengukuhkan nilai-nilai demokrasi AS di mata dunia.
Baca Juga : Donald Trump Klaim Menang Pilpres AS, Unggul 51,2 Persen Suara