Kamis, 23 Juni 2022 14:51

Hasil Lab BBVeteriner Pastikan Kematian Sapi di Maros Negatif Antraks

Penampakan sapi kurban seberat 1,4 Ton yang disumbangkan seorang warga Soppeng ke Andi Sudirman Sulaiman dan akan dikurbankan saat hari raya Idul Adha 1443 H, di Masjid 99 Kuba. (foto: Pemprov Sulsel)
Penampakan sapi kurban seberat 1,4 Ton yang disumbangkan seorang warga Soppeng ke Andi Sudirman Sulaiman dan akan dikurbankan saat hari raya Idul Adha 1443 H, di Masjid 99 Kuba. (foto: Pemprov Sulsel)

ABATANEWS, MAROS — Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, Kementerian Pertanian (Kementan) Risman Mangidi memastikan satu ekor sapi yang mati di Desa Marumpa, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, belum lama ini (23/6/2022) dipastikan negatif antraks.

Hal tersebut disampaikan Risman Mangidi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/6/2022). Dia menjelaskan, hasil tersebut diperoleh dari investigasi dan penggalian informasi yang dilakukan oleh tim gabungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros bersama BBVet.

Tim Investigasi BBVet Maros dipimpin oleh drh Erdi Purwanto bersama drh Nana Junita dan Arham dari Puskeswan Kabupaten Maros.

Baca Juga : Tinjau Panen Raya di Maros, Jokowi Harap Beras Sulsel Bisa ‘Hidupi’ Daerah Lain

Risman mengungkapkan, sampel dari kasus kematian ternak tersebut terkonfirmasi negatif B antracis penyebab antraks. “Hasil ini diketahui setelah dilakukan pengujian labolatorium,” ujar Risman.

Menurutnya, pengambilan sampel dilakukan di lokasi kematian dengan aseptis dengan memperhatikan biosekuriti, serta risiko terhadap kemungkinan kematian ternak tersebut yang disebabkan oleh agen yang bersifat zoonosis dan berbahaya.

Menurutnya, sampel yang diambil berupa tanah di sekitar daerah lubang kumlah pada posisi sapi mati, swab, preparat ulas dan potongan telinga. Selanjutnya dilakukan pengujian isolasi bakteri di laboratorium BBVet Maros untuk mengkonfirmasi penyebab kematian ternak tersebut.

Baca Juga : Pakintaki, Aplikasi Kependudukan Dukcapil Maros Bakal Mudahkan Warga

“Selama ini di Sulawesi Selatan, penyebab kematian mendadak ternak ruminansia secara umum disebabkan oleh keracunan, malnutrisi dan antraks. Karena merupakan daerah endemis antraks, sehingga nekropsi bukan merupakan pilihan yang harus dilakukan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Risman mengatakan, daerah tersebut juga sebagian besar peternak melakukan pemeliharaan dengan sistem ekstensif. Ternak hanya berada di kandang pada malam hari dan siang hari dilepas ke area penggembalaan.

Penulis : Imam Adzka
Komentar