Jumat, 27 Juni 2025 20:07

Hasil Autopsi Juliana Marins, Meninggal 20 Menit Usai Terjatuh di Jurang Gunung Rinjani

Jenazah pendaki asal Brazil Juliana Marins saat tiba di RS Bhayangkara, Mataram, usai dievakuasi Tim SAR Gabungan dari jurang Gunung Rinjani. (foto: Basarnas Mataram)
Jenazah pendaki asal Brazil Juliana Marins saat tiba di RS Bhayangkara, Mataram, usai dievakuasi Tim SAR Gabungan dari jurang Gunung Rinjani. (foto: Basarnas Mataram)

ABATANEWS.COM – Pihak Rumah Sakit (RS) Bali Mandara telah melakukan autopsi terhadap pendaki asal Brazil, Juliana De Souza Marins yang jatuh di jurang Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan hasil pemeriksaan, Juliana diperkirakan meninggal dunia beberapa menit setelah terjatuh.

Dokter Forensik Rumah Sakit (RS) Bali Mandara, Ida Bagus Putu Alit memperkirakan Juliana hanya bertahan hidup selama 20 menit usai terjatuh ke jurang di Kawasan Gunung Rinjani. Hal tersebut dikarenakan Juliana mengalami luka parah dan pendarahan akibat benturan keras di sekujur tubuhnya.

“Kita memang menemukan adanya luka-luka pada seluruh tubuh korban, terutama yang ada adalah luka lecet geser,” kata Ida Bagus Putu Alit saat konferensi pers yang dilakukan setelah autopsi, Jumat (27/06/2025).

Baca Juga : Buntut Pendaki Brazil Meninggal di Rinjani, Pemerintah Diminta Evaluasi SOP Wisata Ekstim

Selain itu, pemeriksaan juga menunjukkan menemukan adanya beberapa tubuh Juliana yang patah tulang. Terutama di daerah dada, bagian belakang, tulang punggung dan paha.

Dari patah tulang inilah terjadi kerusakan pada organ-organ dalam serta pendarahan. Namun luka terparah terletak di bagian dada, terutama daerah dada bagian belakang dan punggung.

Luka tersebut yang merusak organ-organ di dalamnya. Selain itu, terjadi akumulasi pengaruh kekerasan dari benturan dalam tubuh Juliana akibat terjatuh. Meskipun demikian, tubuh Juliana utuh dan tidak ada bagian yang terfragmentasi.

Baca Juga : Pato Siap Biayai Pemulangan Jenazah Juliana Marins Yang Meninggal di Gunung Rinjani

“Tidak ada bukti yang kita dapatkan bahwa korban ini meninggal dalam waktu yang lama dari lukanya. Di otak tidak ada hernia (tonjolan abnormal), kemudian juga spleen (limpa) tidak mengerut. Artinya masih menyimpan darah. Berarti disimpulkan tidak ditemukan adanya tanda-tanda orang ini meninggal dalam jangka waktu yang lama dari lukanya,” jelasnya.

Selain itu, Alit juga membantah bahwa penyebab kematian Juliana adalah hipotermia. Dalam proses autopsi, forensik tidak menemukan luka hitam pada ujung jari yang merupakan indikasi terjadi hipotermia.

“Kematian akibat hipotermia juga memerlukan waktu yang lama karena otak memiliki termoregulator untuk mengatur suhu tubuh. Tapi ini tidak ada luka, berarti bisa kita katakan bahwa tidak ada hipotermia,” ungkapnya.

Baca Juga : Pato Siap Biayai Pemulangan Jenazah Juliana Marins Yang Meninggal di Gunung Rinjani

Diketahui, Juliana dilaporkan jatuh pada Sabtu (21/6/2025). Setelah dilakukan proses pencarian, tim SAR gabungan lantas mengetahui lokasi Juliana Marins pada Senin (23/06/2025).

Hanya saja, lokasi Juliana yang berada ratusan meter di bawah jurang menyulitkan proses evakuasi. Kemudian pada Selasa (24/6/2025), empat anggota tim SAR gabungan turun ke jurang untuk menjangkau korban.

Jenazah Juliana akhirnya bisa diangkat pada Rabu (25/6/2025) pagi dan langsung dibawa ke RS Bhayangkara Mataram, Nusa Tenggara Barat. Jenazah dibawa ke RS Bali Mandara, Bali, pada Kamis (26/06/2025) melalui jalur darat dan diterima oleh pihak rumah sakit pukul 22.05 WITA.

Penulis : Wahyu Susanto
Komentar