ABATANEWS — Paus Fransiskus menyerukan diakhirinya perang di Ukraina. Hal itu disampaikan oleh Paus dalam pidatonya di perayaan Natal yang berlangsung di Basilika Santo Petrus di Vatikan, Minggu (25/12/2022).
Paus menyebut, perang yang melibatkan Ukraina dan Rusia itu dianggap tidak masuk akal. Terlebih lagi, dampak dari perang yang berlangsung sejak Februari 2022 itu sangat buruk buat negara-negara lain di dunia.
Kepala Gereja Katolik berbicara kepada ribuan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, beberapa dari mereka memegang bendera Ukraina, sebelum menyampaikan berkat “Urbi et Orbi” (ke kota dan dunia).
Baca Juga : Jokowi Sambut Paus Fransiskus di Istana Negara, Prabowo Subianto Diperkenalkan Pertama
Paus Fransiskus diketahui telah berulang kali menyerukan perdamaian sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari.
Dia mengutuk perang tersebut, tetapi tampak berusaha juga untuk mempertahankan dialog dengan Rusia.
Dalam pidatonya dari balkon tengah St Peter, dia mengenang warga Ukraina yang merayakan Natal kali ini dalam kegelapan dan dingin, serta jauh dari rumah mereka.
Baca Juga : Tak Naik Jet, Muhammadiyah: Paus Tunjukkan Sikap Teladan Sebagai Pemimpin
“Semoga Tuhan mengilhami kita untuk menawarkan gerakan solidaritas yang nyata untuk membantu semua orang yang menderita, dan semoga Dia mencerahkan pikiran mereka yang memiliki kekuatan untuk membungkam gemuruh senjata dan segera mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini!” ucap Paus, sebagaimana dikutip dari AFP.
“Tragisnya, kita lebih memilih untuk mengindahkan nasihat lain, didikte oleh cara berpikir duniawi,” tambah dia.
Paus juga menyinggung krisis di belahan dunia lain. “Waktu kita sedang mengalami paceklik perdamaian yang parah, juga di wilayah lain dan teater lain dari perang dunia ketiga ini,” katanya.
Baca Juga : Paus Fransiskus Tiba di Indonesia, Disambut Dua Anak Kecil Berbaju Adat dan Diberi Bunga
Dia merujuk banyak negara yang mengalami kesulitan pada Natal 2022 ini, baik karena konflik atau krisis lainnya, dari Afghanistan hingga Yaman, Suriah, Myanmar, konflik Israel-Palestina, Lebanon, dan Haiti.
Untuk pertama kalinya, Paus juga menyerukan “rekonsiliasi” di Iran, yang diguncang oleh protes yang dipimpin perempuan selama tiga bulan terakhir.
Paus juga mendesak mereka yang merayakan Natal untuk mengingat semua orang yang kelaparan, sementara makanan dalam jumlah besar setiap hari terbuang percuma dan sumber daya dihabiskan untuk senjata.
Baca Juga : Paus Fransiskus Dijadwalkan ke Indonesia pada 3 April, Ini Agendanya
“Perang di Ukraina semakin memperparah situasi ini, membuat seluruh rakyat terancam kelaparan, terutama di Afghanistan dan di negara-negara Tanduk Afrika,” ucap dia.
“Kita tahu bahwa setiap perang menyebabkan kelaparan dan mengeksploitasi makanan sebagai senjata, menghalangi distribusinya kepada orang-orang yang sudah menderita,” tambah Paus.
Di momen Natal ini, dia mengajak umat untuk belajar dari Yesus.
Baca Juga : Pj Gubernur Sulsel Jamu Dubes Vatikan dan Rombongan
“Pada hari ini, mari kita belajar dari Raja Damai (Yesus Kristus) dan, dimulai dari mereka yang memegang tanggung jawab politik, berkomitmen untuk membuat makanan semata-mata sebagai alat perdamaian,” ucap dia.