ABATANEWS, MAKASSAR — Di tengah upaya merebut kembali dominasi politik di Sulawesi Selatan, Partai Golkar dihadapkan pada dilema besar: tetap memegang idealisme kaderisasi atau beradaptasi dengan realitas politik yang makin pragmatis.
Isu ini mencuat dalam diskusi bertajuk “Sulsel, Masihkah Lumbung Golkar?” yang digelar di Graha Pena, Makassar, Kamis (30/10/2025). Acara ini menjadi refleksi 61 tahun perjalanan Partai Golkar, diinisiasi oleh Lobe-Lobe Forum dan menghadirkan sejumlah tokoh seperti Ketua DPD II Golkar Takalar Zulkarnain Arief, Wakil Ketua 1 Golkar Sulsel Armin Mustamin Toputiri, akademisi Madjid Sallatu dan Rahmat Muhammad, serta Redaktur Politik Berita Kota Makassar, Arif Situju.
Zulkarnain optimistis partainya mampu bangkit setelah pada pemilu legislatif terakhir kalah dari Partai NasDem yang meraih 17 kursi.
Baca Juga : Waketum Golkar Pastikan Setya Novanto Masih Berstatus Kader Partai
“Golkar itu sudah terbiasa dilambung. Tapi Insya Allah kami yakin dan percaya, nanti di 2029 jadi pemenang. Golkar sudah terbiasa berkompetisi, apalagi sudah 61 tahun, artinya lebih duluan makan garam,” ujar Zulkarnain Arief.
Namun, semangat optimisme itu diiringi perdebatan mengenai arah strategi politik Golkar ke depan. Armin Mustamin menilai kemenangan hanya bisa diraih jika Golkar berani bersikap pragmatis.
“Gak perlu pusing pengkaderan, gak perlu pusing PDLT lagi. Kalau begitu, Golkar bisa jadi pemenang lagi, kalau kita juga mau pragmatis seperti itu, kalau hanya mau menang,” ujar Armin yang mengaku sudah nonaktif dari Golkar Sulsel.
Baca Juga : Arief Rosyid Merapat ke Golkar, Klaim Terinspirasi Bahlil dan Sejarah HMI
Menurut Armin, partai-partai lain berhasil mendulang kursi karena merekrut calon legislatif dengan kekuatan finansial besar tanpa memprioritaskan kaderisasi. Meski begitu, ia menegaskan tidak setuju jika pendekatan itu ditempuh Golkar karena berpotensi merusak nilai demokrasi.
Ia menilai strategi semacam itu bisa mengabaikan poin 1 sampai 4 dari Panca Sukses partai.
Sementara itu, akademisi Rahmat Muhammad mengingatkan agar Golkar tidak terjebak pada nostalgia kejayaan masa lalu.
“Jangan sampai bapak-bapak di Partai Golkar masih menikmati euforia masa lalu, ‘kita partai hebat, kita partai besar’, sementara partai lain berusaha menjadi partai besar,” ujar Rahmat.
Baca Juga : Waketum Golkar: Musda Golkar Sulsel 2025 Jadi Momentum Kebangkitan, Bukan Ajang Kuasai Partai
Ia menilai lanskap politik saat ini menuntut semua partai, termasuk Golkar, untuk beradaptasi dengan dinamika baru di tingkat elektoral.
“Kaderisasi sudah lewat pak, karena masyarakat sekarang tidak melihat proses,” katanya.