Rabu, 23 November 2022 21:05

Film Ininnawa Raih Penghargaan Piala Citra FFI 2022, Angkat Kisah Nakes di Pangkep

Film Ininnawa: An Island Calling karya sutradara Arfan Sabran sukses meraih penghargaan bergensi Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2022.
Film Ininnawa: An Island Calling karya sutradara Arfan Sabran sukses meraih penghargaan bergensi Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2022.

ABATANEWS, JAKARTAFilm Ininnawa: An Island Calling karya sutradara Arfan Sabran sukses meraih penghargaan bergensi Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2022.

Film Ininnawa: An Island Calling masuk kategori atau nominasi Film Dokumenter Terpanjang dan berhasil mengungguli empat pesaingnya.

Baca Juga : KPH, BBKSDA, dan FFI Sosialisasi Program Pelestarian Hutan di Rongkong

Di antaranya, Film Atas Nama Daun karya Mahatma Putra, Mencari Ibu karya Dwiki Marta dan Ayomi Amindoni, Roda-roda Nada karya Yuda Kurniawan, dan Segudang Wajah Para Penantang Masa Depan karya I Gde Mika dan Yuki Aditya.

Sutradara Film Ininnawa: An Island Calling, Arfan Sabran mengatakan bahwa, film Ininnawa ini digarap selama 12 tahun dan merupakan lanjutan dari film Suster Apung.

“Lokasinya di Pangkep, di Segeri sama di Kepulauan Liukang Tangaya, dekat Flores tapi masih masuk Pangkep, pulau Sarane sama Sabalana,” kata Arfan, Rabu (23/11/2022).

Baca Juga : Pemda Lutra Harap FFI Bisa Ikut Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi

Arfan menuturkan bahwa, pesan yang ingin disampaikan lewat film ini adalah bagaimana hubungan para pekerja – pekerja kesehatan di pulau-pulau terpencil.

“Jadi bagaimana petugas-petugas kesehatan bekerja di pulau-pulau terpencil yang harus menyeimbangkan antara tugas dan keluarga,” tutur Arfan.

Ia menambahkan bahwa, film ini baru akan di rilis dan diperkenalkan ke masyarakat, untuk mengkampanyekan soal petugas petugas kesehatan yang bekerja di pulau-pulau.

Baca Juga : Pemda Lutra Harap FFI Bisa Ikut Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi

Lanjutnya, film Ininnawa ini merupakan film Suster Apung. Di mana film Suster Apung menceritakan soal ibu Rabiah yang sekarang di ikuti anaknya bertugas di Pulau terpencil sebagai bidang.

“(Film Ininnawa) lanjutan (film Suster Apung) kalau dulu tentang ibunya ji, sekarang ibu dan anaknya dan cucunya,” terangnya.

Arfan menuturkan bahwa, Suster Apung ini merupakan film pendek pertama yang tayang pada 2006. Sesuai dengan novelnya dengan judul Suster Apung.

Baca Juga : Pemda Lutra Harap FFI Bisa Ikut Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi

“Diterbitkan Sama kompas, terus sudah itu buatan film versi pendeknya judul Rabiah dan Mimi diputar di Tokyo di NHK Stasiun jepang, setelah itu bikin mi film panjangnya judul Ininnawa,” pungkasnya.

Penulis : Azwar
Komentar