ABATANEWS, JAKARTA — Festival keagamaan terbesar di dunia, Kumbh Mela, kembali menjadi menelan korban. Di balik antusiasme jutaan peziarah yang membanjiri Prayagraj, India, untuk menjalankan ritual suci, tantangan besar dalam pengelolaan massa kembali mencuat. Tragedi terbaru pada Rabu (29/1/2025) waktu setempat, yang menambah daftar panjang insiden mematikan dalam sejarah Kumbh Mela.
Sedikitnya 15 orang tewas akibat berdesakan di tengah kepadatan massa yang bergerak menuju Sungai Gangga dan Yamuna. Situasi yang tak terkendali diduga dipicu oleh kerusakan alat pengendali massa.
“Setidaknya 15 orang tewas saat ini, yang lainnya sedang dirawat,” ungkap seorang dokter di Prayagraj kepada AFP dengan syarat anonim.
Sementara itu, tim penyelamat berjibaku mengevakuasi korban dan memberikan pertolongan kepada para peziarah yang terluka.
Akanksha Rana, pejabat pemerintah daerah, menyebut bahwa insiden ini bermula dari kegagalan sistem pengendalian massa, memperburuk kondisi di tengah padatnya jemaah.
Salah satu saksi mata, Malti Pandey (42), menggambarkan betapa cepat situasi berubah menjadi kacau.
“Tiba-tiba kerumunan mulai saling dorong dan banyak orang terhimpit,” katanya kepada AFP.
Kumbh Mela, yang berakar pada mitologi Hindu tentang perebutan kendi berisi nektar keabadian, selalu menarik perhatian jutaan umat Hindu. Namun, sejarah menunjukkan bahwa festival ini juga menyimpan risiko besar bagi keselamatan para peziarah.
Tragedi pada 1954 yang menewaskan lebih dari 400 orang menjadi insiden paling mematikan dalam sejarah Kumbh Mela. Kejadian serupa kembali terjadi pada 2013 di Prayagraj, mengakibatkan 36 korban jiwa akibat kepadatan massa.
Dengan perkiraan 400 juta orang akan menghadiri festival hingga 26 Februari 2025, tantangan dalam menjaga keamanan para peziarah semakin nyata.