Jumat, 24 Oktober 2025 17:08

Distribusi Bantuan Tersendat, Warga Gaza Masih Didera Kelaparan Meski Sudah Gencatan Senjata

Distribusi Bantuan Tersendat, Warga Gaza Masih Didera Kelaparan Meski Sudah Gencatan Senjata

ABATANEWS, JAKARTA — Gencatan senjata antara Israel dan Hamas sejak awal Oktober 2025 belum membawa perubahan berarti bagi kondisi kemanusiaan di Gaza. Meski bantuan kemanusiaan dilaporkan meningkat, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa krisis kelaparan di wilayah itu masih jauh dari kata membaik.

“Situasinya masih sangat buruk karena bantuan yang masuk tidak cukup,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers pada Kamis (23/10), seperti dikutip AFP.

Menurut WHO, jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza masih jauh di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat.

Baca Juga : Pemerintah Palestina Akan Rekonstruksi Bangunan di Gaza, Telan Anggaran USD67 Miliar

Dari rencana 600 truk per hari, kini hanya 200 hingga 300 truk yang melintas. Ironisnya, sebagian besar truk itu membawa barang-barang komersial, bukan bantuan kemanusiaan.

“Hal itu mengurangi jumlah penerima manfaat,” kata Ghebreyesus.

Selama perang, Israel berulang kali menghentikan arus bantuan ke Jalur Gaza. Kebijakan tersebut, menurut PBB, memperparah kelaparan dan menyebabkan kematian sedikitnya 411 orang akibat malnutrisi sejak awal 2025.

Baca Juga : Indonesia Salurkan Bantuan Rp200 Miliar untuk Gaza Lewat WFP

Lembaga bantuan internasional seperti Oxfam menyoroti bahwa hambatan logistik dan pembatasan pasokan masih menjadi kendala besar. Banyak organisasi kemanusiaan tidak bisa mengirim barang penting yang dibutuhkan warga.

Bahaa Zaqout, Direktur Hubungan Eksternal di LSM Palestina PARC, menjelaskan ketimpangan pasokan tersebut.

“Biskuit, cokelat, dan soda diizinkan masuk dengan truk komersial. Namun barang-barang seperti biji-bijian dan zaitun dibatasi masuk,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Baca Juga : Sidang PBB: Argentina-Papua Nugini Termasuk 10 Negara yang Tolak Palestina Merdeka

Ia menambahkan, sebagian buah dan sayuran memang mulai tersedia, tetapi harganya sangat tinggi.

“Sayangnya, barang-barang ini tidak memenuhi nilai gizi minimum yang dibutuhkan untuk anak-anak, perempuan, dan kelompok yang paling rentan,” kata Zaqout.

Komentar