Minggu, 19 September 2021 15:21

Diguyur Dana Rp 2,1 Triliun, Xendit Jadi Unicorn Baru Indonesia

Diguyur Dana Rp 2,1 Triliun, Xendit Jadi Unicorn Baru Indonesia

ABATANEWSXendit, perusahaan infrastruktur pembayaran mengumumkan perolehan pendanaan seri-c senilai Rp 2,1 triliun atau setara 150 juta dollar AS. Perolehan itu menjadikan Xendit sebagai startup unicorn terbaru di Indonesia.

Unicorn adalah sebutan bagi startup alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dollar as atau setara Rp 14,25 triliun.

Putaran pendanaan ini dipimpin oleh tiger global management dengan partisipasi dari investornya saat ini, yaitu accel, amasia, dan goat capital yang dimiliki oleh justin kan.

Baca Juga : BUMN Startup Day 2022, Erick Thohir: Tak Boleh Jadi Dinosaurus

Dengan investasi terbaru ini, Xendit berencana untuk terus melakukan inovasi pada jajaran produknya, dengan tujuan ekspansi ke negara-negara terpilih di asia tenggara.

Kawasan Asia Tenggara merupakan pasar yang sangat menarik bagi pertumbuhan inovasi dan disrupsi, terutama karena 70 persen dari 580 juta populasi di asia tenggara saat ini sudah merambah ke dunia online.

Pada tahun 2021, nilai ekonomi digital di kawasan ini akan melebihi 100 miliar dollar AS, dan diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 300 miliar dollar AS pada tahun 2025.

Baca Juga : Rachmat Kaimuddin Mundur dari CEO Bukalapak

“Kami sedang melihat pergeseran besar-besar ke ranah digital yang dilakukan hampir semua pelaku usaha, baik pemilik toko kecil di instagram, sampai perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. Semua usaha kini harus bisa hadir secara digital,” ujar Moses Lo, founder dan CEO Xendit dalam keterangan resmi seperti dilansir kontan.co.id, minggu (19/9/2021).

Dengan merancang solusi yang sangat terlokalisasi di negara yang terdiri dari 17.508 pulau dengan beragam kebutuhan pelanggan, Xendit mampu membangun solusi-solusi yang menjadi terobosan baru di pasar. Xendit menyediakan layanan pelanggan yang terbaik, dan dapat beradaptasi dengan cepat mengikuti dinamika di Asia Tenggara.

Komentar